Metode Role Playing

Role-playing game disingkat RPG adalah sebuah permainan yang para pemainnya memainkan peran tokoh-tokoh khayalan dan berkolaborasi untuk merajut sebuah cerita bersama. Para pemain memilih aksi tokok-tokoh mereka berdasarkan karakteristik tokoh tersebut, dan keberhasilan aksi mereka tergantung dari sistem peraturan permainan yang telah ditentukan. Asal tetap mengikuti peraturan yang ditetapkan, para pemain bisa berimprovisasi membentuk arah dan hasil akhir permainan ini.

Dalam sebuah permainan RPG, jarang ada yang "kalah" atau "menang". Ini membuat permain RPG berbeda dari jenis permainan papan lainnya seperti Monopoli atau Ular Tangga, permainan kartu, olah raga, dan permainan lainnya. Seperti sebuah novel atau film, permainan RPG mempunyai daya tarik karena permainan-permainan ini mengajak para pemain untuk menggunakan imajinasi mereka. RPG biasa lebih mengarah ke kolaborasi sosial daripada kompetisi. Pada umumnya dalam RPG, para pemain tergabung dalam satu kelompok.

Permainan RPG rata-rata dimainkan seperti sebuah drama radio: ketika seorang pemain "berbicara", dia berbicara sebagai tokohnya dan ketika si pemain ingin tokohnya melakukan sesuatu yang fisik (seperti menyerang sebuah monster atau membuka sebuah gembok) dia harus menggambarkannya secara lisan.

Ada pula sejenis permainan RPG di mana para pemain bisa melakukan gerakan fisik tokohnya oleh si pemain sendiri. Ini disebut Live-Action Role-playing atau LARP. Dalam permainan LARP, biasanya para pemain memakai kostum dan menggunakan alat-alat yang sesuai dengan tokoh, dunia dan cerita yang dia mainkan.

Permainan PC yang menggunakan unsur-unsur dan mekanisme permainan RPG disebut sebagai computer role-playing games atau CRPG. Selain di PC, RPG juga banyak diadaptasikan ke mesin-mesin permainan atau konsol, yang disebut console role-playing games, disingkat cRPG. Dengan meningkatnya popularitas RPG elektronik, industri permainan video telah membuat istilah RPG dikenal untuk RPG elektronik saja, dan mengakibatkan munculnya istilah RPG "pen and paper" atau "tabletop" untuk mendeskripsikan RPG tradisional.


Dalam "role play", anak-anak berperan sebagai orang lain -- mereka memainkan suatu peran. Namun, permainan ini tidak perlu latihan dan tidak untuk hiburan. Role play biasanya menyampaikan suatu masalah sebelum memberikan pemecahan atas masalah itu. Anak-anak yang mainkan peran itu menunjukkan apa yang akan mereka lakukan -- bagaimana reaksi mereka terhadap suatu kejadian atau situasi. Karena kekristenan berkaitan dengan hubungan pribadi, role play akan sangat efektif bila digunakan untuk mengajarkan prinsip-prinsip Alkitab mengenai perilaku.

Tidak seperti beberapa metode mengajar lainnya, guru pemula seharusnya tidak memutuskan, "Hari ini kita akan mencoba bermain role play." Guru yang menggunakan metode ini harus memahami metode dan bagaimana menggunakannya sebelum mencobanya di kelas. Role play digunakan oleh beberapa psikolog dan psikiater, tetapi guru tidak boleh menggunakan role play untuk menyelesaikan masalah-masalah psikologis! Role play yang dimainkan di dalam kelas harus sebatas pengalaman-pengalaman sehari-hari dari anak-anak yang terlibat di dalamnya.

Sebelum menggunakan role play, guru harus belajar sebanyak mungkin mengenai role play ini. Guru harus membaca, mengamati role play yang dimainkan di dalam kelas, dan bila memungkinkan, melihat film mengenai role play ini dan mendiskusikan metodenya dengan guru lain. Kemudian dia mungkin bisa siap untuk melakukan role play ini. Ketika seorang guru menggunakan role play ini, dia akan membentuk suatu pandangan terhadap peluang-peluang atas metode ini.

Seorang guru kelas dua telah memutuskan untuk mencoba role play ini. Dia juga telah memutuskan untuk menggunakannya dalam memecahkan masalah-masalah di rumah. Dia mengatakan, "Ada masalah di rumah Smith. Bobby dan Betty ingin menonton acara TV yang berbeda. Menurutmu apa yang akan terjadi?" Kemudian setelah beberapa sukarelawan memberikan pendapat tentang apa yang akan terjadi, guru bisa mengatakan, "Maukah kamu menunjukkan pendapatmu tentang apa yang akan terjadi?" Guru harus memilih anak-anak yang dengan cepat mau menjadi sukarelawan karena anak-anak ini telah merasakan beberapa tanda tentang Bobby dan Betty. Guru mengulangi situasi yang terjadi sehingga semuanya bisa mengerti.

"Sekarang Ronnie dan Jannet, tunjukkan apa yang menurutmu akan terjadi. Bagaimana Bobby dan Betty menyelesaikan masalah mereka?" Setelah anak-anak ini menunjukkan penyelesaian masalah, guru bisa memanggil sukarelawan lainnya. Mungkin beberapa anak ada yang ingin menjadi ayah atau ibu dalam permainan ini. Adegan ini bisa diulang beberapa kali dengan pemain sukarelawan yang berbeda. Guru akan menghentikan permainan bila pemainnya telah memberikan penyelesaian masalah, telah mengeluarkan semua ide mereka, atau karena guru ingin memberikan beberapa informasi tambahan atas masalah tersebut.

Di akhir role play, atau setelah setiap adegan selesai, guru harus memimpin suatu diskusi tentang penyelesaian atas masalah itu. Namun, guru harus selalu sangat berhati-hati untuk tidak mengatakan bahwa hanya ada satu penyelesaian. Bila hal ini terjadi, maka di permainan role play berikutnya anak-anak akan cenderung mencari persetujuan guru terlebih dahulu. Guru harus membimbing melalui evaluasi untuk mendapatkan penyelesaian yang tepat. Atau dia bisa juga mengumpulkan berbagai penyelesaian sebagai referensi di masa yang akan datang, berusaha menjelaskan apakah mereka melanggar prinsip-prinsip Alkitab atau tidak. Bila Ronnie menyarankan supaya Bobby boleh menonton acara TV kesukaannya karena ada campur tangan dari orang tuanya setelah Betty memukulnya, maka ini bukanlah penyelesaian yang sesuai dengan prinsip Kristen. Namun, guru harus menolong anak-anak supaya bisa sampai pada keputusan ini. Guru tidak boleh mengatakan kepada mereka apa yang seharusnya mer eka rasakan atau pikirkan.

Guru pemula bisa menggunakan pantomim sebagai cara yang mudah untuk mengadakan role play. Pantomim, melakukan gerakan-gerakan tanpa berkata-kata, bisa dikenalkan sebagai suatu permainan. Mainkan situasi-situasi yang sering dialami oleh anak-nak, tanyakan, "Apa yang kamu lakukan sebelum ke sekolah minggu? Setelah sekolah minggu? Saat mau tidur? Minggu sore?" Anak-anak yang masih kecil pun bisa mengikuti role play ini. Namun, penyelesaian masalah atau penggunaan beberapa peran mungkin lebih efektif bila dilakukan pada anak-anak kelas tiga ke atas. Role play memberi kesempatan kepada guru untuk melihat tindakan penyelesaian masalah. Hasilnya, anak- anak biasanya menjadi lebih perhatian satu dengan yang lain.

Guru yang ingin mempelajari metode ini bisa mendapatkan materi-materi mengenai role play melalui berbagai artikel/teks. Dalam artikel ini, dijelaskan metode dan beberapa manfaat dari role play. Diperlukan informasi yang lebih lengkap lagi supaya bisa berhasil menggunakan metode ini. Namun, rangkaian langkap ini dapat menjelaskan apa saja yang mungkin diperlukan dalam suatu permainan role play yang bagus.

Jelaskan tujuannya; supaya bisa mendapatkan akhir dari cerita.
Bacalah secara berurutan.
Tentukan peran.
Pilihlah "tokoh-tokoh" dari mereka yang telah tahu peran-peran yang ada.
Buatlah panggung: "Ini ruang keluarga", dll..
Pekalah terhadap penonton dan siapkan mereka untuk pengamatan yang tepat dan berkaitan.
Mulailah adegannya.
"Stop" di saat yang tepat.
Ulangi adegan bila masih ada waktu dan menarik.
Ajaklah anak-anak untuk berdiskusi dan mengevaluasi secara berkelompok.

Model pembelajaran concept attainment

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Model pembelajaran concept attainment dibangun berkaitan dengan studi berpikir siswa yang dilakukan oleh Bruner, Goodnow, dan Austin (1967). Model pembelajaran concept attainment ini relatif berkaitan erat dengan model pembelajaran induktif.Baik model pembelajaran concept attainment dan model pembelajaran induktif, keduanya didesain untuk menganalisis konsep, mengembangkan konsep, pengajaran konsep dan untuk menolong siswa menjadi lebih efektif dalam mempelajari konsep-konsep. Model pembelajaran concept attainment merupakan metode yang efisien untuk mempresentasikan informasi yang telah terorganisir dari suatu topik yang luas menjadi topik yang lebih mudah dipahami untuk setiap stadium perkembangan konsep. Model pembelajaran concept attainment ini dapat memberikan suatu cara menyampaikan konsep dan mengklarifikasi konsep-konsep serta melatih siswa menjadi lebih efektif pada pengembangan konsep.

B. Pengertian Judul
Pendekatan pembelajaran perolehan konsep adalah suatu pendekatan pembelajaran yang bertujuan untuk membantu siswa memahami suatu konsep tertentu. Pendekatan pembelajaran ini dapat diterapkan untuk semua umur, dari anak-anak sampai orang dewasa. Untuk taman kanak-kanak, tentunya, pendekatan ini dapat digunakan untuk memperkenalkan konsep yang sederhana. Misalnya konsep binatang, tumbuhan, dan lain-lain. Pendekatan ini, lebih tepat digunakan ketika penekanan pembelajaran lebih dititikberatkan pada mengenalkan konsep baru, melatih kemampuan berpikir induktif dan melatihberpikiranalisis.

C. Tujuan Penulisan













































BAB II
PEMBAHASAN

A. Model Pembelajaran Attainment
Joyce, B.(2000:p.143) menyatakan bahwa, “Pembelajaran concept attainment mempertajam dasar keterampilan berpikir.” Dari pernyataan Joyce tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran concept attainment terkandung di dalamnya pengajaran berpikir siswa, karena di dalam model pembelajaran concept attainment ada beberapa tahapan-tahapan yang musti dilewati, seperti mengkatagorisasi, pembentukan konsep dengan memperhatikan berbagai macam attribute-nya (seperti attribute essensial, attribute value, attribute kritis, dan attribute variable).
Penggunaan model pembelajaran concept attainment diawali dengan pemberian contoh-contoh aplikasi konsep yang akan diajarkan, kemudian dengan mengamati contoh-contoh dan menurunkan definisi dari konsep-konsep tersebut. Hal yang paling utama yang musti diperhatikan oleh seorang guru dalam penggunaan model pembelajaran ini adalah pemilihan contoh yang tepat untuk konsep yang diajarkan, yaitu contoh tentang hal-hal yang akrab dengan siswa. Pada prinsipnya, model pembelajaran concept attainment adalah suatu strategi mengajar yang menggunakan data untuk mengajarkan konsep kepada siswa, dimana guru mengawali pengajaran dengan cara menyajikan data atau contoh, kemudian guru meminta kepada siswa untuk mengamati data atau contoh tersebut. Atas dasar pengamatan ini akan terbentuk abstraksi. Model pembelajaran concept attainment ini dapat membantu siswa pada semua tingkatan usia dalam memahami tentang konsep dan latihan pengujian hipothesis.
Bruner, Goodnow, dan Austin (1967: p.233) menyatakan bahwa, “pembelajaran concept attainment adalah mencari dan mendaftar attribute-attribute yang dapat digunakan untuk menetapkan contoh-contoh (exemplars) dan bukan contoh-contoh (non-Exemplars) dari berbagai katagori.” Sedangkan pembentukan konsep (concept formation), merupakan dasar daripada model pembelajaran induktif. Pembelajaran concept attainment membutuhkan keputusan yang mendasar terhadap katagori-katagori yang akan dibangun, membutuhkan seorang siswa agar mampu menggambarkan suatu atribut dari suatu katagori yang siap dibentuk dalam otak siswa melalui pola membandingkan dan membedakan contoh-contoh (disebut exemplars) yang di dalamnya terkandung karakteristik-karakteristik (atribut) dari suatu konsep dengan contoh-contoh yang tidak mengandung atribut.
Untuk melakukan pembelajaran dari model concept attainment, kita butuh 20 pasang siswa dan apabila konsepnya banyak dan lebih kompleks, tentunya butuh banyak pasangan siswa. Proses pembelajaran concept attainment dimulai dengan pertanyaan yang ditujukan kepada siswa untuk meneliti dengan cermat suatu kalimat dan siswa memberikan perhatian yang serius terhadap kata-kata yang telah digarisbawahi. Kemudian seorang guru mengintruksikan kepada siswanya untuk membandingkan dan mengkontraskan fungsi dari exemplar positif dan exemplar negatif. Exemplar positif mengandung sesuatu aktivitas kerja yang sudah biasa dilakukan oleh siswa dalam membuat kalimat. Exemplar negatif tidak melakukan kerja yang berbeda.
Pembelajaran pencapaian konsep (concept attainment) banyak melibatkan operasi mental siswa. Dalam hal ini metode ilmiah dibutuhkan untuk mengidentifikasi operasi mental siswa, terutama untuk pencapaian konsep dalam waktu singkat, meliputi analisis tingkah laku, observasi dan bertanya musti dilakukan sebagai tugas dalam pembelajaran. Analisis tingkah laku didasarkan pada uji operasi mental siswa. Siswa diinstruksikan untuk membuat catatan-catatan tentang apa yang mereka percayai tentang exemplar yang sudah dimilikinya. Kemudian, guru memberikan beberapa set exemplar dan bertanya pada mereka apakah mereka masih memiliki ide yang sama. Jika tidak, guru bertanya apa yang sedang mereka pikirkan?. Guru meneruskan untuk mempresentasikan exemplar-exemplar sehingga sebagian besar siswa memiliki suatu ide yang mereka pikir akan menahan kecermatan penelitiannya. Pada saat itu, guru bertanya kepada salah satu siswa untuk menggabungkan ide teman-temannya dan bagaimana cara teman-temannya dalam menggabungkan ide-idenya.
Klausmeier, H.J. (1980: 26) menyatakan bahwa,
“Bahwa ada empat tingkat pencapaian konsep. Tingkat-tingkat ini muncul dalam urutan yang berbeda-beda. Orang sampai pada pencapaian konsep tingkatan tertinggi dengan kecepatan yang berbeda-beda, dan ada konsep-konsep yang tidak pernah tercapai pada tingkat yang tertinggi. Konsep-konsep yang berbeda dipelajari pada usia yang berbeda pula.”
Berdasarkan teori perkembangan Piaget kita memahami bahwa anak-anak pada usia dini baru dapat belajar konsep-konsep yang bersifat konkret, sedangkan konsep-konsep yang lebih abstrak dapat dipelajari setelah usia dewasa atau setelah mencapai tingkat operasional formal.
Tingkat Formal
Tingkat Klassifikasi
Tingkat Identitas
Tingkat Konkret







Pembelajaran konsep memberikan suatu perubahan untuk menganalisis proses berpikir siswa dan untuk membantu siswa mengembangkan strategi belajar yang efektif. Pendekatan ini dapat melibatkan berbagai macam derajat partisipan siswa dan kontrol siswa, serta material dari berbagai kompleksitas.
Dalam pembelajaran concept attainment menggunakan istilah-istilah seperti exemplar dan atribut, kedua istilah tersebut bertujuan untuk menguraikan aktivitas katagori dan pencapaian konsep. Derivat dari studi yang telah dilakukan oleh Bruner tentang konsep dan bagaimana siswa mencapai konsep, setiap istilah memiliki pengertian dan fungsi tertentu dalam semua bentuk pembelajaran konseptual, terutama pembelajaran concept attainment.
Ada dua hal penting dalam pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran concept attainment (pencapaian konsep) yaitu;
(1) menentukan tingkat pencapaian konsep, dan
(2) analisis konsep.
1. Menentukan Tingkat Pencapaian Konsep
Tingkat pencapaian konsep (concept attainment) yang diharapkan dari siswa sangat tergantung pada kompleksitas dari konsep, dan tingkat perkembangan kognitif siswa. Ada siswa yang belajar konsep pada tingkat konkret rendah atau tingkat identitas, ada pula siswa yang mampu mencapai konsep pada tingkat klasifikatori atau tingkat formal.
Telah dipahami bahwa tingkat-tingkat perkembangan kognitif Piaget dapat membimbing guru untuk menentukan tingkat-tingkat pencapaian konsep yang diharapkan. Sebagian besar dari konsep-konsep yang dipelajari selama tingkat perkembangan pra-operasional merupakan konsep-konsep pada tingkat konkret dan identitas. Selama tingkat operasional konkret, dapat diharapkan tingkat pencapaian klasifikatori. Sedangkan tingkat pencapaian konsep formal dapat diharapkan apabila pengajaran yang tepat diberikan pada siswa yang telah mencapai perkembangan operasional formal. Tingkat-tingkat pencapaian konsep yang diharapkan tercermin pada tujuan pembelajaran yang dirumuskan sebelum proses belajar-mengajar dimulai.
2. Analisis Konsep
Analisis konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk membantu guru dalam merencanakan urutan-urutan pengajaran concept attainment. Untuk melakukan analisis konsep guru hendaknya memperhatikan beberapa hal antara lain:
(1) nama konsep,
(2) attribute-attribute kriteria dan attribute-attribute variabel dari konsep,
(3) definisi konsep,
(4) contoh-contoh dan noncontoh dari konsep, dan
(5) hubungan konsep dengan konsep-konsep lain.
EXEMPLAR
Secara essensi, exemplar adalah suatu subset dari koleksi data atau suatu data set. Katagori adalah subset atau koleksi sampel yang terbangun dari satu atau beberapa karakteristik yang terpisah dari lainnya. Karakteristik ini dengan membandingkan exemplar positif dan mengkontraskan exemplar positif dengan exemplar negatif dari suatu konsep atau katagori yang telah dipelajari.


ATTRIBUTE
Semua item data memiliki ciri-ciri, dan ciri-ciri itulah sebagai suatu attribute . Contoh: sel. Sel memiliki nucleus, mitokondria, lisosome, ribosom, badan golgi, vacuola, mikrotubuli, dan mikrofilamen. Setiap organella di dalam sel memiliki ciri-ciri tertentu, tetapi kerja di antara organella saling bergantung dan organella dari suatu sel tidak dapat bekerja sama dengan organella dari sel lainnya.
Attribute essensial adalah attribue kritis terhadap suatu domain. Exemplar dari suatu katagori memiliki banyak attribute lain yang mungkin tidak relevan dengan katagorinya sendiri. Contoh vacuola, di dalamnya memiliki berbagai zat kimia, tetapi tidak relevan dengan definisi sel. Attribute penting lainnya adalah attribute value. Attribute value, attribute ini mengacu kepada degree (tingkatan)
B. Fase – Fase dalam Pebelajaran Concept Attainment
Model pembelajaran concept attainment dilakukan melalui fase-fase yang dikemas dalam bentuk sintaks. Adapun sintaksnya dibagi ke dalam tiga fase, yakni (1) Presentasi Data dan Identifikasi Data; (2) menguji pencapaian dari suatu konsep; dan (3) analisis berpikir strategi.
Fase I: Presentasi Data dan Identifikasi Data
Langkah-langkah kegiatan mengajar sebagai berikut:
1. Guru mempresentasikan contoh-contoh yang sudah diberi nama (berlabel),
2. Guru meminta tafsiran siswa
3. Guru meminta siswa untuk mendefinisikan
Langkah-langkah kegiatan pembelajaran sebagai berikut:
1. Siswa membandingkan contoh-contoh positif dan contoh-contoh negatif,
2. Siswa mengajukan hasil tafsirannya,
3. Siswa membangkitkan dan menguji hipothesis,
4. Siswa menyatakan suatu definisi menurut atribut essensinya
Fase II: Menguji Pencapaian dari suatu Konsep
Langkah-langkah kegiatan mengajar sebagai berikut:
1. Guru meminta siswa untuk mengidentifikasi contoh-contoh tambahan yang tidak bernama,
2. Guru menkonfirmasikan hipothesis, nama-nama konsep, dan menyatakan kembali definisi menurut atribut essensinya,
3. Guru meminta contoh-contoh lain
Langkah-langkah kegiatan pembelajaran sebagai berikut:
1. Siswa member contoh-contoh,
2. Siswa member nama konsep,
3. Siswa mencari contoh lainnya
Fase III: Analisis Startegi Berpikir
Langkah-langkah kegiatan mengajar sebagai berikut:
1. Guru bertanya mengapa dan bagaimana
2. Guru membimbing diskusi
Langkah-langkah kegiatan pembelajaran sebagai berikut:
1. Siswa menguraikan pemikirannya,
2. Siswa mendiskusikan peran hipothesis dan atributnya,
3. Siswa mendiskusikan berbagai pemikirannya
C. SINTAK
Pada fase I, guru mempresentasikan data kepada siswa. Setiap unit data contoh dan non-contoh setiap konsep dipisahkan. Unit-unit dipresentasikan dengan cara berpasangan. Data dapat berupa peristiwa, masyarakat, objek, ceritera, gambar atau unit lain yang dapat dibedakan. Pembelajar (siswa) diberi informasi bahwa semua contoh positif biasanya memiliki satu ide. Tugas siswa adalah mengembangkan suatu hipothesis tentang hakekat konsep. Contoh-contoh dipaparkan dan disusun serta diberi nama dengan kata “yes” atau “no”. Siswa bertanya untuk membandingkan dan menjastifikasi atribut tentang perbedaan contoh-contoh.
Akhirnya, siswa ditanya tentang nama konsep-konsepnya dan menyataka aturan yang telah dibuatnya atau mendefinisikan konsepnya menurut attribute essensialnya. (hipothesisnya tidak perlu dikonfirmasikan hingga fase berikutnya; siswa mungkin tidak mengetahui nama-nama beberapa konsep, tetapi nama-nama dapat diberitahukan apabila konsepnya sudah dikonfirmasikan).
Pada fase II, siswa menguji pencapaian tentangn konsepnya, pertama dengan cara mengidentifikasi secara benar contoh-contoh tambahan yang belum diberi nama dan kemudian membangkitkan contoh-contohnya sendiri. Setelah itu, guru (dan siswa) mengkonfirmasikan keaslian hipothesisnya, merevisi pilihan konsep atau attribute yang dibutuhkannya.
Pada fase III, siswa mulai menganalisis strategi konsep-konsep yang telah tercapai. Siswa disarankan mengkonstruk konsepnya. Siswa dapat menjelaskan pola-polanya, apakah siswa berfokus pada atribut atau konsep, apakah mereka melakukan satu kali atau beberapa kali, dan apa yang terjadi apabila hipothesisnya tidak terkonfirmasi. Mereka melakukan suatu perubahan strategi? Secara bertahap, mereka dapat membandingkan keefektifan dari perbedaan strateginya.
D.SISTEM SOSIAL
Sebelum guru melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran conjcept attainment, guru memilih konsep, menyeleksi dan mengorganisir materi ajar ke dalam contoh positif dan contoh negatif, serta merangkaikan contoh-contoh. Umumnya materi eplajaran, terutama buku-buku teksbook tidak didesain untuk pembelajaran konsep.
Guru dalam pengajarfan model pembelajaran concept attainment harus terlebih dahulu mempersiapkan contoh-contoh, mengekstrak ide-ide dan material dari buku-buku teks dan sumber lainnya, dan mendesain material dan ide-ide itu ke attribute yang jelas, dan bahkan membuat contoh-contoh positif dan negatif dari suatu konsep. Apabila guru menggunakan model pembelajaran concept attainment, aktivitas guru adalah merekam hipothesis siswa. Guru juga memberikan bantuan contoh-contoh tambahan. Ada tiga hal penting yang dilakukan oleh seorang guru dalam melakukan aktivitas concept attainment, yaitu melakukan perekaman, memberikan isyarat, dan menghadirkan data tambahan. Langkah awal dalam melakukan model pembelajaran concept attainment adalah membantu siswa memberikan contoh konsep yang sudah terstruktur dengan benar. Dalam model pembelajaran concept attainment, prosedur pembelajaran kooperatif dapat juga digunakan.
E. PRINSIP-PRINSIP
Selama pembelajaran berlangsung, guru mendukung hipothesis siswa, dengan memberikan penekanan, apapun bentuk hipothesis siswa itu, dan menciptakan dialog yang kondusif untuk menguji hipothesis siswa, walaupun hipothesis siswa tersebut berlawanan dengan hipothesis siswa lainnya. Pada fase akhir dari model pembelajaran concept attainment ini, guru musti mampu merubah perhatian siswa terhadap analisis konsep dan strategi berpikirnya, kemudian guru kembali menjadi sangat mendukung hipothesis siswa. Akhirnya, guru musti mampu mendorong analisis siswa.
Sesungguhnya, prinsip-prinsip pengelolaan dari model pembelajaran concept attainment ini sebagai berikut: (1) memberikan dukungan hipothesis yang diajukan siswa melalui diskusi terlebih dahulu; (2) memberikan bantuan kepada siswa dalam mempertimbangkan keputusan hipothesisnya; (3) memusatkan perhatian siswa kepada contoh-contoh yang khusus; dan (4) memberikan bantuan kepada siswa dalam menilai strategi berpikirnya.
F. SISTEM PENDUKUNG
Dalam pelajaran concept attainment membutuhkan presentasi kepada siswa tentang exemplar positif dan negatif. Dalam hal ini menekankan kepada siswa, bahwa pekerjaan siswa dalam pengajaran concept attainment adalah bukan pada penemuan konsep-konsep baru, tetapi bagaimana mencapai konsep yang telah dipilih guru. Oleh karena itu, sumber data dibutuhkan untuk diketahui terlebih dahulu dan attribute-nya dapat dilihat. Apabila siswa dipresentasikan dengan contoh-contoh, maka siswa tersebut menguraikan karakteristik dari contoh-contoh itu (atribut), dan kemudian menyimpan di dalam otaknya.

G. STRATEGI CONCEPT ATTAINMENT
Apa yang akan dipikirkan siswa ketika mereka sedang membandingkan dan membedakan contoh-contoh? Hipotesis macam apa yang terpikirkan oleh mereka dalam tingkat permulaan dan bagaimana mereka memodifikasi dan mengujinya? Untuk menjawab pertanyaan itu, tiga faktor penting yang perlu diketahui yaitu :
(1) kita akan mengkonstruk latihan-latihan pencapaian konsep bahwa kita dapat belajar bagaimana siswa berpikir?,
(2) siswa tidak hanya dapat menggambarkan bagaimana mereka memperoleh konsep, tetapi mereka dapat lebih efisien untuk mengubah strategi dan pembelajaran mereka dengan menggunakan sesuatu yang baru,
(3) mengubah cara kita memberikan informasi dan memodifikasi sedikit model, kita dapat mempengaruhi bagaimana siswa akan memproses informasi (Joyce, 2000).
Lebih lanjut dijelaskan ada dua cara kita memperoleh informasi mengenai cara siswa memperoleh konsep (attaint concept) yaitu
(1) sesudah konsep telah diperoleh, kita dapat mengatakan kepadanya untuk menceritakan pemikiran mereka sebagai proses latihan,
(2) dapat dengan mendiskusikan strategi apa yang ditemukan siswa dan bagaimana mereka memperoleh
Menurut Dahar, R.W. (1996) ada dua pendekatan teori mengenai belajar konsep yaitu;
(1) melalui pendekatan perilaku, dan
(2) pendekatan kognitif.
Caroll (Dahar,R.W.1996) lebih menekankan perbedaan belajar konsep dalam laboratorium dan belajar konsep di sekolah. Lebih lanjut Caroll mengemukakan perbedaan-perbedaan dalam kedua proses tersebut sebagai berikut:
Kedua bentuk konsep berbeda dalam sifat. Konsep yang biasanya dipelajari di sekolah biasanya benar-benar merupakan konsep baru, bukan suatu kombinasi dari atribut-atribut yang dikenal.
Konsep-konsep yang dipelajari di sekolah tergantung pada attribute-attribute yang berupa konsep-konsep sulit. Lagi pula konsep-konsep di sekolah biasanya bersifat verbal, dan tidak dapat disajikan secara konkret.
Studi di laboratorium menekankan pada belajar konsep-konsep konjuktif, sudah dibuktikan mudah untuk dipelajari daripada konsep-konsep disjunktif atau konsep-konsep relasional.
Studi di laboratorium pada umumnya menekankan pada pendekatan-pendekatan induktif tentang belajar konsep-konsep, sedangkan di sekolah sebagian besar dipelajari secara deduktif.
Dalam artikelnya Caroll menyarankan, bahwa pendekatan kombinasi antara induktif dan deduktif akan lebih baik jika hanya menggunakan salah satu dari pendekatan itu.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari paparan makalah didepan maka dapat diambil kesimpulan bahwa:
Model pembelajaran concept attainment ini relatif berkaitan erat dengan model pembelajaran induktif. Baik model pembelajaran concept attainment dan model pembelajaran induktif, keduanya didesain untuk menganalisis konsep, mengembangkan konsep, pengajaran konsep dan untuk menolong siswa menjadi lebih efektif dalam mempelajari konsep-konsep.
Model pembelajaran concept attainment merupakan metode yang efisien untuk mempresentasikan informasi yang telah terorganisir dari suatu topik yang luas menjadi topik yang lebih mudah dipahami untuk setiap stadium perkembangan konsep.
Model pembelajaran concept attainment ini dapat memberikan suatu cara menyampaikan konsep dan mengklarifikasi konsep-konsep serta melatih siswa menjadi lebih efektif pada pengembangan konsep

B. Saran-Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka dapat disajikan saran sebagai berikut:
Setelah membaca makalah ini diharapkan para pembaca khususnya calon guru atau guru dapat menambah pengetahuannya tentang cara mengajar IPS dengan menggunakan Concept Attainment ini.
Sebab bila seorang guru menerapkan pendekatan ini dapat memberikan suatu cara menyampaikan konsep dan mengklarifikasi konsep-konsep serta melatih siswa menjadi lebih efektif pada pengembangan konseP.
Daftar Pustaka
Joyce, B. and Weil, M. dan Calhoun, E. (2009).Model of Teaching. [Eighth Edition].Sydney:Pearson.
Klausmeier, H.J.(1980).Learning and Teaching Concepts:A Strategy for Testing Applications of Theory. San Francisco: Academic Press.
Lang,H.R & Evans,D.N, (2006), Model, Strategies, and Methods; For Effective Teaching, Amerika: Pearson
Sagal,S. (2006), Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Penerbit Alfabeta

Partner in learning

Partner in learning adalah cara tukar pikiran antara dua orang atau lebih, dalam kelompok-kelompok kecil, yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Atau Partner in learning juga bisa disebut suatu proses kerja sama yang dilakukan oleh baik antar individu maupun antar kelompok, yang saling penuh perhatian dan penghargaan sesama anggota untuk mencapai tujuan bersamaBerdasarkan batasan ini, pembelajaran kolaborasi menekankan pentingnya pengembangan belajar secara bermakna dan pemecahan masalah secara intelektual serta pengembangan aspek sosial.
Pembelajaran Parner in learning merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran Partner in learning dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok kecil. Tetapi belajar Partner in learning lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdepedensi efektif diantara anggota kelompok (Sugandi, 2002:14).

Partner in learning telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai penelitian, tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik antar siswa, membentuk hubungan positif, mengembangkan rasa percaya diri, serta meningkatkan kemampuan akademik melalui aktivitas kelompok. Dalam model Partner in learning terdapat saling ketergantungan positif di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk sukses. Aktivitas belajar berpusat pada siswa dalam bentuk diskusi, mengerjakan tugas bersama, saling membantu dan saling mendukung dalam memecahkan masalah. Melalui interaksi belajar yang efektif, siswa lebih termotivasi, percaya diri, mampu menggunakan strategi berpikir, serta mampu membangun hubungan interpersonal.

Model Partner in learning memungkinkan semua siswa dapat menguasai materi pada tingkat penguasaan yang relatif sama atau sejajar. Hubungan kerja seperti itu memungkinkan timbulnya persepsi yang positif tentang apa yang dapat dilakukan siswa untuk mencapai keberhasilan belajar berdasarkan kemampuan dirinya secara individu dan andil dari anggota kelompok lain selama belajar bersama dalam kelompok. Untuk mencapai hasil yang maksimal, maka harus diterapkan lima unsur model pembelajaran gotong royong, yaitu: saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, evaluasi proses kelompok.

Karakteristik model Partner in learning diantaranya: siswa bekerja dalam kelompok kecil 2-5 orang untuk menguasai materi akademis; anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi; jika memungkinkan, masing-masing anggota kelompok Partner in learning berbeda suku, budaya, dan jenis kelamin; sistem penghargaan yang berorientasi kepada kelompok daripada individu.

bangbinCLUB




WAT Yg smadavNya di black list

Tentu semua sudah mengetahui antivirus asal Indonesia, yaitu SMADAV. Pada bulan ini, tepatnya 7 Oktober 2010, SMADAV merilis versi terbarunya SMADAV 8.3. Pada Smadav 8.3, telah di tambahkan database 40 virus baru, pembersihan semua varian virus shortcut, dan banyak fitur baru lainnya.

Mungkin pada saat anda menggunakan Smadav 8.2 Pro, akan ter-update secara otomatis sehingga kita tidak lagi perlu mendownload langsung dari situs Smadav. Tapi, bila orang menggunakan patch, crack, atau Key smadav untuk komputer lain (atau sejenisnya saya lupa, hihi) maka saat selesai update akan muncul peringatan yg bertuliskan :


>Smadav mendeteksi bahwa anda pernah menggunakan smadav pro yang didapatkan secara ilegal/bajakan. baik dengan menggunakan key komputer lain, hasil patch/crack, atau mungkin anda telah menggunakan satu key personal ssmadav pro dilebih dari 1 komputer.
Ini menyebabkan smadav memblacklist penggunaan smadav pro dikomputer anda sehingga tidak bisa menggunakan smadav pro lagi untuk sementara.
Untuk menghilangkan backlist ini silahkan hubungi tim smadav lewat Email : smadav@gmail.com atau smadav@nafarin.com.
Maka solusinya adalah dengan mengetikkan anti-pembajakan pada kolom nama, dan klik Register. Smadav Pro akan kembali dapat digunakan pada komputer anda (tanpa di cap sebagai Blacklist lagi bukan... :D), kemudian masukkan key Smadav Pro berikut :

Nama : remoxpfans
Key : 993899402050

Nama : remoxpfans2010
Key : 998899828062

Kemudian klik Register, taraaa... Smadav anda telah menjadi Smadav 8.3 Pro dan fasilitas Smadav khusus Pro akan terbuka lagi (semua pasti juga sudah tau ini xD). Satu lagi, bila anda menggunakan smadav versi sebelumnya dalam keadaan Free (bebas) silakan download Smadav 8.3 berikut :



dWONLOAD uhuuuuyy

Keterampilan Membuka Pelajaran

Banyak orang beranggapan bahwa kesan pertama dari suatu bentuk hubungan merupakan kunci keberhasilan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dengan kata lain pertemuan atau kesan yang baik akan membuahkan hasil yang baik pula. Dengan demikian, keterampilan membuka pelajaran mempakan kunci yang harus didahului dalam proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar yang dinamis tidak akan tercapai jika guru pada awal pelajaran tidak bisa menarik perhatian siswa.
Membuka pelajaran atau set induction adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan prakondisi bagi siswa agar mental maupun perhatiannya terpusat pada apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut memberikan efek yang positif terhadap kegiatan belajar[1], dan pada akhirnya akan memudahkan untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Membuka pelajaran juga merupakan kegiatan dan pernyataan guru untuk mengaitkan pengalaman siswa dengan tujuan yang ingin dicapai. Dengan kata lain membuka pelajaran itu adalah kegiatan mempersiapkan mental dan perhatian siswa agar terpusat pada hal-hal yang akan dipelajari.
Dalam otak siswa itu sudah tersedia kapling-kapling sesuai dengan pengalaman masing-masing. Suatu materi pelajaran baru akan mudah diterima oleh otak kita manakala sudah tersedia kapling yang relevan. Demikian juga sebaliknya materi pelajaran baru tidak mungkin mudah dicerna manakala belum tersedia kapling yang relevan. Sama halnya dengan kerja sebuah komputer, kita akan sulit memasukkan data seandainya belum tersedia filenya. Oleh sebab itu agar data itu masuk dan dapat disimpan terlebih dahulu perlu disiapkan filenya. Misalnya teori pesawat terbang akan sulit diterima manakala diberikan kepada mahasiswa ekonomi yang sama sekali belum mengenal teori tersebut. Oleh karena itu di otak mahasiswa tersebut belum tersedia kapling tentang teori pesawat terbang. Nah,bagaimana agar materi itu mudah diterima? Tentu saja kita harus membuat kapling (file) tentang hal-hal yang berhubungan dengan pesawat terbang. Inilah makna dari kegiatan membuka pelajaran.
Kegiatan membuka pelajaran tidak hanya dilakukan pada awal pelajaran saja melainkan juga pada awal setiap penggal kegiatan, misalnya pada saat memulai kegiatan tanya jawab, mengenalkan konsep baru, memulai kegiatan diskusi, mengawali pekerjaan tugas dan lain-lain.[2] Contoh: ketika guru ingin memberikan pelajaran baru tentang rukun Islam yang kelima yaitu naik haji, guru dapat mengatakan seperti ini: ”Nah, anak-anak! pada pertemuan ini kita akan mempelajari pokok bahasan baru tentang rukun Islam yang kelima yaitu ’naik haji’. Tetapi sebelum kita pelajari lebih lanjut topik itu, cobalah kalian perhatikan dahulu ke depan!, gambar apa yang ibu pegang ini?”.
Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa keterampilan membuka pelajaran merupakan skill atau kemampuan dasar yang dimiliki oleh setiap guru.

2. Komponen-komponen Dalam Kegiatan Membuka Pelajaran
Salah satu usaha mengkondisikan kelas adalah adanya kegiatan membuka pelajaran sebelum memasuki kegiatan inti. Oleh karena itu kegiatan membuka pelajaran merupakan bagian dari proses belajar mengajar yang memiliki peran yang penting dalam menunjang tercapainya tujuan pengajaran. Tercapainya tujuan pengajaran bergantung pada metode mengajar guru di awal pelajaran. Seluruh rencana dan persiapan sebelum mengajar dapat menjadi tidak berguna jika guru gagal dalam memperkenalkan pelajaran.
Keterampilan membuka pelajaran bukanlah sekedar kegiatan mengabsen siswa, atau meminta siswa berdo’a. Akan tetapi kegiatan membuka pelajaran adalah kegiatan menyiapkan mental siswa untuk siap menerima dan mengikuti pelajaran yang akan disampaikan. Oleh karena itu ada beberapa komponen yang harus dilaksanakan oleh seorang guru dalam kegiatan membuka pelajaran, dan merupakan keterampilan dasar yang harus dikuasai guru dalam kegiatan membuka pelajaran, meliputi :
(1) Keterampilan menarik minat dan perhatian siswa, banyak cara yang dapat digunakan oleh guru untuk menarik perhatian siswa, antara lain gaya mengajar guru, penggunaan alat bantu mengajar, pola interaksi yang bervariasi.
(2) Keterampilan menimbulkan dan meningkatkan motivasi siswa, dengan cara disertai suasana yang hangat dan keantusiasan karena salah satu ciri guru yang bisa memotivasi adalah antusiasme, guru peduli dengan apa yang dia ajarkan dan mengkomunikasikannya dengan para siswa bahwa apa yang sedang mereka pelajari itu penting dan guru dapat memberikan bukti nyata,[3] menimbulkan rasa ingin tahu, mengemukakan ide yang bertentangan, memperhatikan minat siswa.
(3) Keterampilan memberi acuan melalui berbagai usaha seperti: mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas, menyarankan langkah-langkah yang akan dilakukan, meningkatkan masalah pokok yang akan dibahas, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, membuat kaitan atau hubungan di antara materi yang akan dipelajari dengan pengalaman dan pengetahuan yang telah dikuasai oleh siswa.[4]

Selain itu, di dalam kegiatan membuka pelajaran ada keterampilan yang tidak kalah pentingnya yang harus dimiliki oleh guru yaitu keterampilan melaksanakan pretes. Pretes adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengajukan satu pertanyaan atau lebih kepada para siswa tentang bahan yang akan dijadikan topik sebelum membahas pelajaran tersebut yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa tentang pelajaran tersebut. Dalam melaksanakan pretes ini guru harus memiliki keterampilan bertanya,baik keterampilan bertanya dasar maupun keterampilan bertanya lanjut. Bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan siswa untuk berfikir dan mengemukakan jawaban yang sesuai dengan harapan guru. Guru dalam mengajukan pertanyaan kepada seorang siswa sering kali tidak terjawab, sebab maksud pertanyaan tersebut kurang dapat dipahami oleh siswa. Dalam hal ini, Sardinian sebagaimana dikutip oleh Fitriani mengatakan bahwa pertanyaan yang baik mempunyai ciri-ciri:
(1) kalimatnya singkat dan jelas,
(2) tujuannya jelas,
(3) setiap pertanyaan hanya satu masalah,
(4) mendorong anak untuk berfikir kritis,
(5) jawaban yang diharapkan bukan sekedar ya atau tidak,
(6) bahasa dalam pertanyaan dikenal baik oleh siswa, dan
(7) tidak menimbulkan tafsiran ganda.[5]

Pretes memiliki keguanaan dalam menjajaki proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu pretes mempunyai peran yang penting untuk keefektifan proses pembelajaran. Adapun fungsi pretes antara lain:
(1) menyiapkan siswa dalam belajar. Karena dengan pretes pikiran siswa akan terfokus pada persoalan yang harus dipelajarinya,
(2) untuk mengetahui tingkat kemajuan siswa sehubungan dengan proses pembelajaran yang dilakukan,
(3) untuk mengetahui kemampuan awal yang telah dimiliki oleh siswa mengenai bahan ajar yang akan dijadikan topik dalam proses pembelajaran,
(4) untuk mengetahui dari mana seharusnya proses pembelajaran dimulai dan tujuan-tujuan mana yang telah dikuasai oleh siswa.[6]
Sedangkan menurut Al-Abrasyi sebelum siswa itu menerima pelajaran dari gurunya hendaklah terlebih dahulu membersihkan hatinya dari segala sifat yang buruk.[7] Dan ini sesuai dengan firman Allah dalam surat al-Baaqarah (2) ayat 151:
Artinya : Sebagaimana (kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al kitab dan Al-Hikmah (As Sunnah), serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.[8]
Ayat di atas menjelaskan bahwa sebelum melaksanakan pengajaran terlebih dahulu dilaksanakan penyucian, yaitu mensucikan anak didik (siswa). Adapun yang perlu disucikan antara lain:

1) Badan dan pakaian haruslah bersih dari najis;
2) makanan yang dikonsumsinya bersumber dari penghasilan;
3) Hati agar terlepas dari sifat-sifat buruk seperti sombong, iri, benci dan sebagainya;
4) Akal, agar terlepas dari pikiran-pikiran yang tercela, seperti menipu orang lain.
3. Tujuan Membuka Pelajaran
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya secara umum tujuan membuka pelajaran adalah untuk memusatkan perhatian siswa kepada pelajaran yang akan dipelajarinya dan dengan begitu ia akan konsentrasi selama proses pembelajaran berlangsung. Uzer Usman (2007:92) memaparkan tujuan membuka pelajaran adalah sebagai berikut:
(1) Menyiapkan mental siswa. Kegiatan membuka pelajaran bertujuan untuk menyatukan jiwa dan raga siswa dalam satu tempat dan waktu agar ia ikut merasa terlibat memasuki persoalan yang akan dibahas dan memicu minat serta pemusatan perhatian siswa pada materi pelajaran yang akan dibicarakan dalam kegiatan pembelajaran,
(2) Menumbuhkan semangat, motivasi, dan perhatian siswa agar siswa menyadari batas-batas tugasnya,
(3) Agar siswa memahami hubungan antara materi yang telah dikuasainya dengan materi yang akan dipelajarinya,
(4) Agar siswa menyadari tingkat keberhasilan yang telah dicapainya.[9]
Sementara itu Wina Sanjaya menyebutkan tujuan khusus membuka pelajaran adalah sebagai berikut:
Pertama, menarik perhatian siswa, yang bisa dilakukan melalui: meyakinkan siswa bahwa materi atau pengalaman belajar yang akan dilakukan berguna untuk dirinya, melakukan hal-hal yang dinggap aneh bagi siswa, dan melakukan interaksi yang menyenangkan.
Kedua, menumbuhkan motivasi belajar siswa, yang dapat dilakukan dengan: membangun suasana yang akrab sehingga siswa merasa dekat, misalnya menyapa atau berkomunikasi secara kekeluargaan, menimbulkan rasa ingin tahu, misalnya mengajak membahas peristiwa atau topik yang sedang hangat dibicarakan oleh masyarakat, mengemukakan ide yang bertentangan, misalnya mengemukakan pendapat yang berbeda dengan pendapat masyarakat umum, mengaitkan materi atau pengalaman belajar yang akan dilakukan dengan kebutuhan siswa, mengambil topik yang menarik dan guru meyakinkan siswa bahwa topik tersebut berguna bagi dirinya.[10]
Ketiga, memberikan acuan atau rambu-rambu tentang pembelajaran yang akan dilakukan yang dapat dilakukan dengan cara: mengemukakan tujuan yang akan dicapai serta tugas-tugas yang harus dilakukan dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan, menjelaskan langkah-langkah atau tahapan pembelajaran sehingga siswa memahami apa yang harus dilakukan, menjelaskan target atau kemampuan yang harus dimiliki setelah pembelajaran berlangsung,[11] membuat kaitan atau hubungan antara pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa dengan materi atau pengalaman pelajaran yang akan diberikan kepada siswa.
Keempat, membuka pelajaran juga dapat digunakan untuk mengetahui entering behavior atau tingkat kesiapan dan penguasaan siswa terhadap materi yang akan diajarkan.[12]


Daftar Buku Bacaan:
[1] Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching,(Ciputat: Quantum Teaching, 2007), hlm, 99 [2] http://pustaka.ut.ac.id/puslata/online.php?menu=bmpshort_detail2&ID=26/ 1/4/2009
[3] Raymond J. Wlodkowski, Judith H. Jaynes, Hasrat Untuk Belajar: Membantu Anak-anak Termotivasi Dan Mencintai Belajar, Penerjemah Nur Setiyo Budi Widarto, (Yogyakarta: Pusat Pelajar, 2004), hlm, 33
[4] Ahmad Sabri, Op.cit., hlm, 101
[5] Purwiro Harjati, http://purjatifis.blogspot.com/
[6] E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan Implementasi (cet.9), (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hlm, 101
[7]Al-Rasyidin dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam,(Jakarta: Ciputat Press, 2005), hlm, 47
[8] Departemen Agama RI, Op.cit, hlm, 38

PEmBELAJARAN IPS SD

A. Pendahuluan
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD harus memperhatikan kebutuhan anak yang berusia antara 6-12 tahun. Anak dalam kelompok usia 7-11 tahun menurut Piaget (1963) berada dalam perkembangan kemampuan intelektual/kognitifnya pada tingkatan kongkrit operasional. Mereka memandang dunia dalam keseluruhan yang utuh, dan menganggap tahun yang akan sebagai waktu yang masih jauh. Yang mereka pedulikan adalah sekarang (kongkrit), dan bukan masa depan yang belum mereka pahami (abstrak). Padahal bahan materi IPS penuh dengan pesan-pesan yang bersifat abstrak. Konsep-konsep seperti waktu, perubahan, kesinambungan (continuity), arah mata angin, lingkungan, ritual, akulturasi, kekuasaan, demokrasi, nilai, peranan, permintaan, atau kelangkaan adalah konsep-konsep abstrak yang dalam program studi IPS harus dibelajarkan kepada siswa SD.




Berbagai cara dan teknik pembelajaran dikaji untuk memungkinkan konsep-konsep abstrak itu dipahami anak. Bruner (1978) memberikan pemecahan berbentuk jembatan bailey untuk mengkongkritkan yang abstrak itu dengan enactive, iconic, dan symbolic melalui percontohan dengan gerak tubuh, gambar, bagan, peta, grafik, lambing, keterangan lanjut, atau elaborasi dalam kata-kata yang dapat dipahami siswa. Itulah sebabnya IPS SD bergerak dari yang kongkrit ke yang abstrak dengan mengikuti pola pendekatan lingkungan yang semakin meluas (expanding environment approach) dan pendekatan spiral dengan memulai dari yang mudah kepada yang sukar, dari yang sempit menjadi lebih luas, dari yang dekat ke yang jauh, dan seterusnya : dunia-negara tetangga-negara-propinsi-kota/kabupaten-kecamatan-kelurahan/desa-RT/RW-tetangga-keluarga-Aku.
B. Tujuan Pembelajaran
Mata Pelajaran IPS di SD berfungsi untuk menguasai konsep dan manfaat IPS dalam kehidupan sehari-hari serta untuk melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama atau Madrasah Tsanawiyah serta bertujuan :
a) Menanamkan pengetahuan dan konsep-konsep sosial yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
b) Menanamkan rasa ingin tahu dan sikap positif terhadap sosial masyarakat, informasi dan teknologi.
c) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.
d) Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
e) Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara sains, lingkungan dan teknologi dan masyarakat.
f) Menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
C. Permasalahan
Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada suatu pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih baik jika lingkungan yang diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika siswa “mengalami” apa yang dipelajarinya, bukan “mengetahui” apa yang dipelajari. (Diknas : 2004).
Dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) seringkali guru melakukan pengajaran yang modelnya satu arah. Guru cenderung lebih memberikan informasi atau cerita tentang pengetahuan IPS. Pengajaran dengan model seperti itu menyebabkan siswa tidak termotivasi untuk belajar IPS. Belajar penerimaan kurang bermakna bagi siswa. Banyak siswa yang menganggap IPS sebagai pelajaran yang hafalan. Mereka harus mengingat-ingat informasi atau penjelasan guru dan menceritakannya kembali pada waktu ulangan atau ujian.
Siswa yang mempelajari IPS melalui pengalaman langsung akan lebih dapat menghayati pelajaran IPS. Umpamanya melalui pengamatan tentang keragaman budaya bangsa Indonesia yang Berbennika Tunggal Ika, siswa menemukan fakta bahwa budaya bangsa Indonesia beraneka ragam jenisnya baik budaya kesenian, lagu-lagu, rumah adat, adat istiadat, dsb. Bila fakta mengenai hal tersebut dibiarkan begitu saja terlepas-lepas, maka pengetahuan siswa tentang budaya bangsa yang pluralisme kurang bermakna. Bila siswa diajak mendiskusikan peran budaya bangsa yang pluralisme dalam kelangsungan berbangsa dan bernegara, maka budaya bangsa tetap eksis dan dapat bertahan di tengan globalisasi tehnologi dan informasi. Dengan demikian secara umum membekalinya tentang bagaimana cara mempertahankan kelestarian jbudaya bangsa yang pluralisme
Untuk maksud itu dan menghindari kesan hafalan, dalam pelajaran IPS bisa kita bahas memberikan peluang sebanyak-banyaknya kepada siswa untuk memahami IPS dengan bentuk dan cara-cara belajar mengajar yang berorientasi kepada hakekat, ciri dan nilai-nilai IPS itu sendiri. Oleh karena itu kita sebagai guru IPS harus benar-benar memahami tentang hakekat, ciri-ciri dan nilai-nilai IPS.
Kenyataan telah membuktikan, pembelajaran yang berorientasi pada target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetensi “mengingat” dalam jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali siswa untuk memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Dan inilah yang selama ini terjadi di kelas-kelas sekolah kita.
Dan hal yang perlu mendapat perhatian khusus dari seorang guru selaku manager dan fasilitator (mediator) di kelas bahwa siswa akan lebih mudah memahami suatu prinsip dan konsep IPS jika dalam belajar siswa dapat menggunakan sebanyak mungkin indera untuk berinteraksi dengan isis pembelajaran, sebagaimana digambarkan dalam bagan di bawah ini :
Dari kerucut pengalaman belajar, diketahui bahwa siswa akan mencapai hasil belajar
10 % dari apa yang dibaca,
20 % dari apa yang didengar,
30 % dari apa yang dilihat,
50 % dari apa yang dilihat dan didengar,
70 % dari apa yang dikatakan dan
90 % dari apa yang dikatakan dan dilakukan.
D. Penyelesaian
Dari uraian di atas bisa dilihat bahwa model pembelajaran dengan pendekatan CTL. Dengan melihat pemetaan materi IPS di SD ternyata banyak sekali penguasaaan Kompetensi Dasar oleh siswa dengan pendekatan CTL. Sehingga dengan pembelajaran IPS melalui pendekatan CTL ini akan bisa meningkatkan kualitas pembelajaran sebagai pangkal dari kualitas pendidikan secara umum melalui indikator pencapaian hasil belajar siswa yang maksimal.
Dengan pendekatan CTL pada Mapel IPS akan terbukti keaktifan siswa lebih optimal sehingga penguasaan konsep akan bermakna karena siswa memadukan semua unsur belajar dengan segenap inderanya. Dan itu terkesan jauh dari dunia hafalan dan mengingat, tetapi siswa akan benar-benar terlibat secara aktif, suasana hidup menyenangkan.
Penanaman konsep-konsep IPS di SD dengan benar dan tepat akan berpengaruh terhadap penguasaan materi IPS di tingkat selanjutnya. Oleh karena itu perlu suatu metode dan pendekatan yang tepat dalam pembelajaran. Metode dibedakandari pendekatan. Pendekatan lebih menekankan pada strategi dalam perencanaannya, sedangkan metode lebih menekankan pada teknik pelaksanaannya. Suatu pendekatan yang direncanakan mungkin mencakup beberapa metode pada pelaksanaannya adalah pendekatan CTL ini.
Kegiatan dan strategi yang ditampilkan pembelajaran CTL ini, khususnya mata pelajaran IPS dapat berupa kombinasi dari kegiatan berikut :
Pembelajaran Otentik (authentic instruction),
Pembelajaran Berbasis Inkuiri (inquiry – based learning),
Pembelajaran Berbasis Masalah (problem–based learning),
Pembelajaran layanan (service learning) dan
pembelajaran berbasis kerja (work-based learning).
Pelaksanaan CTL dalam KBM di kelas diwujudkan dengan penerapan 7 komponen utama, dimana ketujuh komponen tersebut sebenarnya pernah kita laksanakan dan itu tidak terhalang oleh lokasi maupun kondisi sekolah berada, hanya kadang penekanan dan intensitasnya yang kurang optimal. Tujuh komponen utama tersebut adalah :
1. Konstruktivisme ( Constructivism )
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam PBM. Siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru. Penerapan filosofi ini dalam pembelajaran sehari-hari yaitu dalam merancang pembelajaran dalam bentuk siswa bekerja, praktek mengerjakan sesuatu, berlatih secara fisik, menulis karangan, mendemonstrasikan, menciptakan ide.
2. Menemukan (Inquiry)
Merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri.
Langkah kegiatan ini adalah :
a. Merumuskan masalah (dalam mata pelajaran apapun).
b. Mengamati dan melakukan observasi.
c. Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel dan karya lain.
d. Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru atau audien yang lain.
3. Bertanya (Questioning)
Merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis CTL. Karena bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran, yaitu menggali informasi, menginformasikan apa yang sudah diketahui dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.
4. Masyarakat Belajar ( Learning Community )
Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen dengan bentuk yang sangat bervariasi, baik keanggotaan, jumlah bahkan bisa melibatkan siswa di kelas atasnya. Disini semua bisa berperan tanpa ada yang dominan dan saling melengkapi.
5. Pemodelan (Modelling)
Dalam sebuah pembelajaran ada model yang bisa ditiru. Model ini bisa siswa yang berprestasi, guru lain atau ahli lain yang sesuai bidang studi / mata pelajaran. Contoh : ahli ukir, reporter dan lain-lain.
6. Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima. Siswa memperluas pengetahuan yang dimiliki melalui konteks pembelajaran, yang kemudian diperluas sedikit demi sedikit, sementara guru atau orang dewasa membantu siswa membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru.
Pada akhir pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melaksanakan refleksi. Realisasinya berupa pernyataan langsung tentang apa yang diperolehnya hari ini, catatan atau jurnal di buku siswa, kesan dan pesan / saran siswa mengenai pembelajaran hari itu, hasil karya atau diskusi.
7. Penilaian yang sebenarnya (Assessment)
Yaitu proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Hal tersebut perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan di sepanjang proses pembelajaran, maka assessment tidak dilakukan di akhir periode tetapi dilakukan bersama-sama secara terintegrasi (tidak terpisahkan) di kegiatan pembelajaran. Jadi kemajuan belajar siswa tidak hanya dari hasil tetapi melalui proses. Hal-hal yang bisa digunakan sebagai dasar menilai prestasi siswa adalah : PR, kuis, karya siswa, presentasi, laporan jurnal, karya tulis atau proyek kegiatan dan laporannya.
Hasil yang diharapkan dalam pembelajaran melalui Pendekatan Konstektual (CTL) antara lain adalah :
a. Siswa belajar melalui “mengalami” bukan “menghafal”.
b. Siswa mampu mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri.
c. Siswa terbiasa memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergelut dengan ide-ide.
d. Siswa menjadi aktif, kritis dan kreatif.
e. Kelas menjadi produktif, menyenangkan dan tidak membosankan.
f. Dinding kelas dan lorong-lorong sekolah penuh dengan hasil karya siswa, peta, gambar, artikel, puisi, foto tokoh dan lain-lain.
g. Siswa selalu dikepung berbagai informasi, kelas CTL adalah siswa yang selalu ramai dan gembira dalam belajar.
Prinsip Dasar Pembelajaran CTL
1. Menekankan pada pemecahan masalah.
2. Mengenal kegiatan mengajar yang terjadi di berbagai konteks seperti rumah, masyarakat dan tempat kerja.
3. Mengajar siswa untuk memantau dan mengarahkan belajarnya sehingga menjadi pembelajar yang aktif dan terkendali.
4. Menekankan pembelajaran dalam konteks kehidupan siswa.
5. Mendorong siswa belajar satu dan lainnya dan belajar bersama, dan menggunakan penilaian otentik.

E. Kesimpulan
Demikian salah satu metode pembelajaran IPS di SD melalui pendekatan CTL. Semoga dapat bermanfaat, dan guru dapat menambah variasi lain agar suasana pembelajaran menjadi lebih hidup (bermakna) sehingga siswa tidak menganggap IPS sebagai pelajaran hafalan dan mengingat. Tetapi justru belajar IPS adalah menyenangkan dan menantang. Oleh karena itu sangatlah diharapkan kreativitas guru dalam PBM / KBM, yang berdampak positif dalam peningkatan mutu pembelajaran yang pada akhirnya akan meningkatkan pula mutu pendidikan pada umumnya dalam upaya mensukseskan KTSP, karena dalam matrik pemetaan materi sangat memungkinkan sekali bahkan cocok dengan pendekatan CTL tersebut sehingga hasil yang akan dicapai sangat signifikan dengan penekanan maupun ciri-ciri dari pembelajaran dengan pendekatan CTL.
Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewsaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan anak akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.
PUSTAKA
· www.Bangbinyoi.tk
· Depdiknas,Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan TK dan SD,2007, Pedoman penyuunan KTSP SD.Jakarta : Badan Standar Nsional Pendidikan
· Depdiknas Dirjen PMPTK , 2007, Landasan Konsep Prinsip dan Strategi PAKEM, Jakarta,Direktorat Pembinaan Diklat.
· Farris, P.J. and Cooper, S.M. (1994). Elementary Social Studies. Dubuque (terjemahan), USA : Brown Communications, Inc.
· Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi
· Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan
· Weton, D. A and Mallan, J.T. (1988). Children and Their World (terjemahan). Boston : Houghton Mifflin Co.
· *Widyaiswara LPMP Kalsel

TEORI PELATIHAN SDM untuk PAK JAFAR

A. DEFINISI PELATIHAN
Menurut Mathis (2002), Pelatihan adalah suatu proses dimana orang-orang mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu, proses ini terikat dengan berbagai tujuan organisasi, pelatihan dapat dipandang secara sempit maupun luas. Secara terbatas, pelatihan menyediakan para pegawai dengan pengetahuan yang spesifik dan dapat diketahui serta keterampilan yang digunakan dalam pekerjaan mereka saat ini. Terkadang ada batasan yang ditarik antara pelatihan dengan pengembangan, dengan pengembangan yang bersifat lebih luas dalam cakupan serta memfokuskan pada individu untuk mencapai kemampuan baru yang berguna baik bagi pekerjaannya saat ini maupun di masa mendatang.
Sedangkan Payaman Simanjuntak (2005) mendefinisikan pelatihan merupakan bagian dari investasi SDM (human investment) untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan kerja, dan dengan demikian meningkatkan kinerja pegawai. Pelatihan biasanya dilakukan dengan kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan jabatan, diberikan dalam waktu yang relatif pendek, untuk membekali seseorang dengan keterampilan kerja.
Pelatihan didefinisikan oleh Ivancevich sebagai “usaha untuk meningkatkan kinerja pegawai dalam pekerjaannya sekarang atau dalam pekerjaan lain yang akan dijabatnya segera”. Selanjutnya, sehubungan dengan definisinya tersebut, Ivancevich (2008) mengemukakan sejumlah butir penting yang diuraikan di bawah ini: Pelatihan (training) adalah “sebuah proses sistematis untuk mengubah perilaku kerja seorang/sekelompok pegawai dalam usaha meningkatkan kinerja organisasi”. Pelatihan terkait dengan keterampilan dan kemampuan yang diperlukan untuk pekerjaan yang sekarang dilakukan. Pelatihan berorientasi ke masa sekarang dan membantu pegawai untuk menguasai keterampilan dan kemampuan (kompetensi) yang spesifik untuk berhasil dalam pekerjaannya.
Pelatihan menurut Gary Dessler (2009) adalah Proses mengajarkan karyawan baru atau yang ada sekarang, ketrampilan dasar yang mereka butuhkan untuk menjalankan pekerjaan mereka”. Pelatihan merupakan salah satu usaha dalam meningkatkan mutu sumber daya manusia dalam dunia kerja. Karyawan, baik yang baru ataupun yang sudah bekerja perlu mengikuti pelatihan karena adanya tuntutan pekerjaan yang dapat berubah akibat perubahan lingkungan kerja, strategi, dan lain sebagainya.
B. TUJUAN PELATIHAN
Tujuan umum pelatihan sebagai berikut : (1) untuk mengembangkan keahlian, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan lebih efektif,
Sedangkan komponen-komponen pelatihan sebagaimana dijelaskan oleh Mangkunegara (2005) terdiri dari :
1) Tujuan dan sasaran pelatihan dan pengembangan harus jelas dan dapat di ukur
2) Para pelatih (trainer) harus ahlinya yang berkualitas memadai (profesional)
3) Materi pelatihan dan pengembangan harus disesuaikan dengan tujuan yang hendak di capai
4) Peserta pelatihan dan pengembangan (trainers) harus memenuhi persyaratan yang ditentukan.
Dalam pengembangan program pelatihan, agar pelatihan dapat bermanfaat dan mendatangkan keuntungan diperlukan tahapan atau langkah-langkah yang sistematik. Secara umum ada tiga tahap pada pelatihan yaitu tahap penilaian kebutuhan, tahap pelaksanaan pelatihan dan tahap evaluasi. Atau dengan istilah lain ada fase perencanaan pelatihan, fase pelaksanaan pelatihan dan fase pasca pelatihan.
Mangkunegara (2005) menjelaskan bahwa tahapan-tahapan dalam pelatihan dan pengembangan meliputi : (1) mengidentifikasi kebutuhan pelatihan / need assesment; (2) menetapkan tujuan dan sasaran pelatihan; (3) menetapkan kriteria keberhasilan dengan alat ukurnya; (4) menetapkan metode pelatihan; (5) mengadakan percobaan (try out) dan revisi; dan (6) mengimplementasikan dan mengevaluasi.
Dirangkum dari :
Dessler, Gary. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Index
Ivancevich, John, M, dkk. 2008. Perilaku dan Manajemen Organisasi, jilid 1 dan 2 Jakarta : Erlangga.
Mangkunegara, Anwar Prabu., 2005. Evaluasi Kinerja SDM. Bandung : Refika Aditama.
Mathis R.L dan Jackson J.H, 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Salemba Empat.

PTS ROSMA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berbagai masalah yang berkaitan dengan kondisi guru, antara lain : (1) adanya keberagaman kemampuan guru dalam penyusunan RPP, proses pembelajara, proses penilaian hasil pembelajaran, analisis hasil penilaian serta pelaksanaan remedial dan pengayaan (2) Belum adanya alat ukur yang akurat untuk mengetahui kemampuan guru, (3) Pembinaan yang dilakukan belum mencerminkan kebutuhan, dan (4) Budaya dan pembiasan guru dalam membaca menerima informasi masih relatif rendah, jika hal tersebut tidak segera diatasi maka akan berdampak pada rendahnya kualitas pendidikan di maksud antara lain :

(1) Kemampuan peserta didik dalam menyerap informasi, pengetahuan serta sikap yang disampaikan guru tidak maksimal, (2) Kurang sempurnanya pembentukan karakter yang tercermin dalam sikap dan kecakapan hidup yang dimiliki oleh setiap peserta didik, (3) Rendahnya kemampuan membaca, menulis dan berhitung peserta didik terutama ditingkat dasar (hasil studi internasional yang dilakukan oleh organisasi Internasional Education Achievement, 1999). Sehubungan dengan itu, Undang-Undang No. 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional yang berisi perintisan pembentukan Badan Akreditasi dan Sertifikasi mengajar di daerah merupakan bentuk dari upaya peningkatan kualitas tenaga kependidikan secara nasional.

Berdasarkan uraian diatas, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional menerapkan standar kompetensi guru yang berhubungan dengan (1) Komponen Kompetensi Pengelolaan Pembelajaran dan Wawasan Kependidikan ; (2) Komponen Kompetensi Akademik Vokasional sesuai materi pembelajaran ; (3) Pengembangan Profesi. Komponen - Komponen Standar Kompetensi, Guru mewadahi Kompetensi Profesional, personal dan sosial yang harus dimiliki oleh seorang guru. Pengembangan standar kompetensi guru diarahkan pada peningkatan kualitas guru dan pola pembinaan guru yang terstruktur, berkala dan sistematis.

Kompetensi guru dalam sub komponen Kompetensi Pengelolaan Pembelajaran dan kompetensi penyusunan rencana pembelajaran dengan indikator:

a) Mendeskripsipkan tujuan pembelajaran

b) Menentukan materi sesuai dengan kompetensi yang telah ditentukan

c) Mengorganisasikan materi berdasarkan urutan dan kelompok

d) Mengalokasikan waktu

e) Menentukan metode pembelajaran yang sesuai

f) Merancang prosedur pembelajaran

g) Menentukan media pembelajaran/peralatan praktikum (dan bahan) yang akan digunakan

h) Menentukan sumber belajar yang sesuai (berupa buku, modul, program komputer dan sejenisnya)

i) Menentukan teknik penilaian yang sesuai

Namun kenyataan yang ada terbalik berdasarkan hasil supervisi terhadap guru masih dominan menggunakan pengelolan pembelajaran berdasarkan pola lama dan masih dominan menggunakan pengelolaan pembelajaran yang tidak sesuai karakteristik peserta didik dan situasi kelas. Bila ditelusuri lebih lanjut, faktor yang menyebabkan guru belum mampu melaksanakan pengelolaan pembelajaran dengan tepat karena kemampuan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran belum optimal, Ada yang meng-copy paste RPP orang lain bahkan ada guru yang tidak membuat RPP.

Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran sangat penting, karena pengelolaan pembelajaran yang baik sangat berpengaruh terhadap penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai indikator. Langkah yang ditempuh adalah guru diberikan pembinaan dalam pembuatan RPP dan setelah itu berlatih dengan pengawasan dan kegiatan yang dilakukan secara berkala dan berkesinambungan.

Untuk mengatasi hal tersebut perlu diupayakan Pembina penyusunan RPP secara berkala dalam upaya meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun RPP.

B. Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah

1. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang dipaparkan diatas, maka rumusan permasalahannya adalah :

a. Apakah Pembinaan secara berkala dapat meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun RPP di ................... Pagi tahun 2010?

b. Bagaimana pendapat Guru tentang pembinaan secara berkala dalam menyusun RPP?

2. Pembatasan Masalah

Dari kedua masalah tersebut di atas, penulis hanya berfokus pada Apakah

Pembinaan secara berkala dapat meningkatkan kompetensi guru dalam

menyusun RPP di SDN ........... Pagi tahun 2010?

3. Pemecahan masalah

Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan Kompetensi Guru ..... dalam pengelolaan pembelajaran untuk menyusun rencana pembelajaran dengan memperhatikan indikator. Namun fokus penyusun rencana pembelajaran dilakukan dalam penelitian ini adalah Pembinaan secara berkala tentang (1).Bagaimana merumuskan tujuan pembelajaran yang mencerminkan aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap; (2) Bagaimana menentukan langkah-langkah pembelajaran yang mencakup kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir atau penutup; (3).Bagaimana memilih jenis penilaian berdasarkan tujuan pembelajaran yang ditetapkan.

Adapun teknik pembinaannya adalah guru diberikan model contoh RPP untuk dibahas dan guru berlatih dengan bimbingan kepala sekolah, dan selanjutna secara mandiri guru menyusun RPP

C. Tujuan

Mengacu pada permasalahan seperti yang diuraikan diatas, tujuan penelitian ini sebagai berikut:

1). Untuk meningkatkan kompetensi guru SDN ............... dalam menyusun RPP melalui bimbingan kepala sekolah.

2). Menigkatkan prestasi hasil belajar peserta didik di SDn ............. Pagi

D. Manfaat

a). Manfaat Penelitian Bagi Guru

1.Sebagai laporan tertulis yang disampaikan kepada Kepala Sekolah tentang

penyusunan rencana pembelajaran (RPP)

2. Sebagai dasar dalam menentukan pengelolaan pembelajaran selanjutnya

dan menyusun rencana pembelajaran sebagai tindak lanjut.

b). Manfaat Penelitian Bagi Peserta Didik:

1. Peserta didik berhak memperolah pembinaan baik dari guru maupun orang tua agar belajar lebih mantap dan sungguh-sungguh.

2. Peserta didik dapat memperlihatkan hasil belajar disekolah kepada orang

tuanya.

E. Hipotesis Tindakan

Dari latar belakang masalah, perumusan masalah dan pemecahan masalah yang

telah dipaparkan diatas maka hipotesis tindakan dapat dirumuskan sebagai berikut :

a. Pembinaan secara berkala dapat meningkatkan kompetensi guru dalam

menyusun RPP di SDN..........Pagi tahun 2010.

b. Guru memberikan pendapat/respon positif terhadap pembinaan penyusunan

RPP secara berkala.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

Bertok dari konsep berpikir, maka dalam penelitian ini difokuskan pada Bertitik tolak dari konsep berpikir, maka dalam penelitian ini difokuskan pada Kompetensi Guru.

1. Kompetensi Guru

Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak (Anonim, 2003:5)

Dengan demikian kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru yang sebenarnya. Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan (Anonim, 2005:8). Kompetensi sertifikasi guru yang dimaksud adalah meliputi kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian kompetensi profesional dan sosial yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Kompetensi yang dimiliki oleh guru akan diwujudkan dalam bentuk penguasaan pengetahuan dari perbuatan secara profesional dalam menjalankan fungsi sebagai guru. Dengan demikian standar kompetensi guru adalah suatu ukuran yang ditetapkan atau di persyaratkan dalam bentuk penguasaan dan perilaku perbuatan bagi seorang guru agar berkelayakan untuk menduduki jabatan fungsional sesuai bidang tugas kualifikasi dan jenjang pendidikan.

Dalam dunia pendidikan, guru adalah merupakan faktor vital dalam pelaksanaan pendidikan, karena ia akan dapat memberikan makna terhadap masa depan anak didik.

Untuk mewujudkan semua itu, guru diberikan tugas dan tanggung jawab terhadap keberhasilan pendidikan. Undang-Undang Republik Indonesia No 14 tahun 2005 pada pasal 35 disebutkan beban kerja guru mencakup kegiaatan pokok, yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil belajar, membimbing dan melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas tambahan (Anonim, 2005:21)

Standar kompetensi guru meliputi 3 komponen yaitu : 1) pengelolaan pembelajaran, 2) pengembangan potensi dan 3) penguasaan akademik (Anonim, 2003:11). Masing-masing komponen kompetensi mencangkup seperangkat pengetahuan guru sebagai pribadi yang utuh harus memiliki sikap dan kepribadian yang positif. Sikap dan kepribadian tersebut senantiasa melekat pada setiap kompenen kompetensi yang menunjang profesi guru.

2. Pembinaan Berkala

Pembinaan berkala adalah pola usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efektif dan efesien serta berkesinambungan untuk memperoleh hasil yang lebih baik.Adapun teknik pembinaan melalui pemberian contoh, latihan, control dan kerja mandiri, yang lebih dikenal dengan istilah CLCK (Contoh, Latihan, Control, Kerja Mandiri). Kegiatan memberi contoh menyediakan, untuk ditiru/diikuti dan dan berlatih dalam pengawasan sehingga kegiatan melakukan sesuatu tidak bergantung pada orang lain (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007 : 711)

Pembinaan berkala melalui pola atau teknik CLCK (Contoh, Latihan, Control,

Kerja Mandiri) adalah pola perbuatan membina sesuatu yang disediakan untuk ditiru/diikuti dari hasil berlatih dengan pengawasan dalam kegiatan melakukan sesuatu sehingga tidak bergantung pada orang lain (kamus Pelajar SLTP, 2003 : 751)

Dengan demikian pembinaan berkala melalui pola/teknik CLCK (Contoh, Latihan, Control, Kerja Mandiri) dalam penelitian ini adalah pola usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efesien dan efektif terprogram serta berkesinambungan untuk memperoleh hasil yang lebih baik.

Sekolah adalah suatu wadah pembinaan profesional bagi para guru yang tergabung dalam organisasi gugus sekolah dalam rangka peningkatan mutu pendidikan (Anonim, 1997:37).yang anggotanya semua guru didalam gugus, yang untuk meningkatkan kompetensi Guru.

Keberadaan gugus sekolah dimaksudkan sebagai wadah pembinaan profesional bagi para guru dalam upaya meningkatkan kemampuan profesional guru khususnya dalam melaksanakan dan mengelola pembelajaran di sekolah (Anonim, 1996:14). Secara oprasional Gugus sekolah dapat dibagi lebih lanjut menjadi kelompok yang lebih kecil berdasarrkan jenjang kelas (misalnya kelompok guru kelas I dan seterusnya) dan berdasarkan mata pelajaran yang selanjutnya para guru menerapkan pembinaannya di sekolah masing-masing.

Dalam sistem gugus selain mendapatkan pembinaan secara langsung oleh Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah juga dari para tutor dan guru pemandu mata pelajaran mekanisme pembinaan profesional guru secara terus menerus dan berkesinambungan. Mengingat setiap guru kelas mempunyai permasalahan tentang mata pelajaran maupun metode mengajar menurut jenjang kelas masing-masing, maka materi tataran/latihan atau diskusi yang disiapkan oleh tutor dan guru pemandu, perlu ditanggapi dan dikaji secara aktif oleh peserta agar segala yang diperoleh lewat kegiatan penelitian benar-benar aplikatif dan memenuhi kebutuhan perbaikan KBM/PBM di sekolah. Kesesuaian antara materi yang disajikan atau didiskusikan oleh para guru dengan pelaksanaan KBM/PBM di kelas, dipantau oleh guru pemandu, kepala sekolah dan pengawas. Dengan cara demikian guru pemandu, kepala sekolah dan pengawas dapat memperoleh masukan untuk melakukan perbaikan pada pertemuan berikutnya.

Berorientasi kepada peningkatan kualitas pengetahuan, penguasaan materi, penyusunan RPP, teknik mengajar, interaksi guru dan siswa metode mengajar dan lain lain yang berfokus pada penciptaan kegiatan belajar mengajar yang aktif.

B. Temuan Hasil Penelitian Yang Relevan

Hasil Penelitian Pembinaan berkala melalui pola/teknik CLCK bahwa kompetensi guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran belum optimal hal ini dapat dilihat dari hasil supervisi awal terhadap RPP dan hasil penelitian bahwa kompetensi guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dan menganalisis hasil evaluasi belajar siswa belum optimal.

Berdasarkan hasil temuan penelitian tersebut peneliti ingin mengadakan penelitian dengan . Pembinaan berkala melalui pola/teknik CLCK (Contoh, Latihan, Control, Kerja Mandiri) dalam program penelitian tindakan sekolah untuk meningkatkan Kompetensi Guru sekolah Dasar di SDN Duren Sawit 02 pagi tahun 2010

C. Kerangka Pikir

Kompetensi Guru masih rendah perlu dikembangkan secara terprogram, berkelanjutan melalui suatu sistem pembinaan profesional yang diharapkan adalah dalam Program Pembinaan Berkala yang melalui pola/teknik CLCK berorientasi kepada peningkatan kualitas pengetahuan, penguasaan materi, teknik mengajar, interaksi guru dan siswa, metode mengajar, pengelolaan pembelajaran untuk menyusun Rencana pembelajaran dengan memperhatikan indikator. Dengan demikian sistem Pembinaan Profesional bertujuan pemberian bantuan profesional kepada Guru sekolah dasar agar guru memiliki wawasan kependidikan yang luas, pola pikir yang logis dan rasional, menguasai IPTEK, terampil dalam menyusun Rencana Pembelajaran sesuai dengan indikator dan memiliki komitmen terhadap tugas dan disiplin dalam pelaksanaan tugas. Dengan Pembinaan berkala melalui pola/teknik CLCK maka kompetensi guru meningkat karena respon guru sangat positif dalam pembinaan tesebut.

BAB III

METODE PENELITIAN TINDAKAN

A. Desain Penelitian Tindakan

Siklus I melaksanakan supervisi dan observasi kepada guru tentang penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan memperhatikan Tujuan Pembelajaran, Langkah-langkah Pembelajaran. Siklus II Pembinaan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran melalui pola/teknik CLCK (Contoh, Latihan, Control, Kerja Mandiri) kemudian guru melakukan penyusunan RPP secara mandiri, yang selanjutnya peneliti melakukan pemeriksaan/penilaian RPP tersebut.

B. Subyek dan Obyek Penelitian

Yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah Guru Kelas VI jumlahnya 2 orang di SDN Duren Sawit 02 pagi sedangkan obyek penelitian adalah Pembinaan CLCK dalam Program

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di SDN ................. Jakarta Timur.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan mulai tanggal 20 September s.d 15 Oktober 2010

D. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

Teknik yang digunakan dalam metode pengumpulan data adalah teknik observasi dan teknik wawancara. Sedangkan Instrumen Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini di kembangkan insrumen pedoman observasi dalam program pembinaan dari awal sampai akhir pada setiap siklus. Pedoman Observasi digunakan untuk menggali respon pada guru kelas I - VI sedangkan pedoman wawancara digunakan untuk melengkapi data yang digali melalui pedoman observasi

E. Indikator Keberhasilan

Adapun indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah model pembinaan berkala melalui pola/teknik CLCK. Hasil yang diperoleh bahwa terjadi peningkatan kompetensi dan aktivitas guru dalam menyusun RPP dari siklus I ke siklus II. Ketercapain indikator kinerja terdapat pada tindakan ke II. Proses kegiatan penelitian dilakukan dengan dua siklus masing-masing siklus terdiri dari ats 4 tahapan yakni perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Indikator kinerja adalah bila hasil rata-rata minimal skor 76 ( baik ) sudah dapat dikatakan tindakan yang diterapkan berhasil. Aspek yang diukur adalah kompetensi guru kelas I s.d VI, interaksi guru dengan pembina (kepala sekolah),interaksi dengan guru dalam kerja sama kelompok, aktifitas dalam diskusi kelompok.

F. Prosedur

Prosedur ini melibatkan guru-guru kelas I s.d VI semester I Tahun Pelajaran 2010/2011 SDN................ Jakarta Timur yang berjumlah 12 orang. Penelitian ini akan dilakukan dua siklus :

1. Siklus I. ( pertama)

a. Perencanaan

Beberapa kegiatan yang dilakukan sebagai berikut :

1). Mengumpulkan guru kelas I s.d VI melalui undangan Kepala Sekolah.

2). Menyusun jadwal kegiatan yang meliputi : hari, tanggal, jam dan tempat

3). Menyiapkan materi pembinaan

- Pengarahan Pengawas

- Pengarahan Kepala Sekolah

- Pemaparan materi pengelolaan pembelajaran tentang penyesuaian Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran.

4). Menugaskan guru untuk membawa bahan-bahan seperti kurikulum, silabus,

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), bahan ajar dan sebagainya.

b. Pelaksanaan:

1). Rabu, 22 September 2010 pukul 12.30 sampai dengan pukul 14.00 WIB

di ................. Pagi

Acara Kegiatan :

- Pengarahan Pengawas TK/SD

- Pengarahan Kepala Sekolah

- Penyusunan RPP

2). Sabtu, 25 September 2010 pukul 12.30 sampai dengan pukul 14.00 WIB

di SDN .................. Pagi

Acara Kegiatan :

- Memberikan contoh penyusunan RPP

- Latihan penyusunan rencana pembelajaran.

- Control dan penyusunan rencana pembelajaran.

3). Rabu, 29 September 2010 pukul 10.30 sampai dengan pukul 14.00 WIB

di ……………….. Pagi

Acara Kegiatan:

Kerja Mandiri, menyusun RPP

c. Observasi

1). Kesiapan mental dan fisik Guru

2). Kesiapan bahan-bahan yang dibawa guru pada saat pembinaan

3). Kehadiran Guru

4). Hasil Sementara

- Proses pelaksanaan pembinaan

- Kualitas penyusunan rencana pembelajaran

- Respon guru

d. Refleksi

Indikator pencapaian

1). Pemanfaatan waktu terkait dengan penyusunan rencana pelaksanaan

pembelajaran.

2). Alokasi waktu untuk penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai

dengan indikator yang ditentukan dalam kompetensi

3). Materi kompetensi pengelolaan pembelajaran Guru yang berhasil dalam
penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan indikator
keberhasilan setelah di observasi dianggap berhasil.
Sedangkan yang belum berhasil dilanjutkan dalam siklus II dengan
memperhatikan kelemahan-kelemahan pada proses siklus I.

2. Siklus II(Kedua)
a. Perencanaan

Beberapa kegiatan yang dilakukan sebagai berikut :
1). Mengumpulkan guru kelas I s.d VI melalui undangan dari kepala sekolah
2). Menyusun jadwal kegiatan bulanan: hari, tanggal, jam dan tempat.
3). Menyiapkan materi pembinaan
- Pengarahan Kepala Cabang Dinas Pendidikan ......
- Pengarahan Pengawas Sekolah
- Pemaparan materi pengelolaan pembelajaran tentang penyusunan rencana
pembelajaran.

4). Menugaskan guru untuk membawa bahan-bahan seperti kurikulum, silabus,
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), bahan ajar dan sebagainya

b. Pelaksanaan:
1). Rabu, 2 Oktober 2010 pukul 12.30 sampai dengan pukul 14.00 WIB
di ............. Pagi

Acara Kegiatan :
- Pengarahan Pengawas TK/SD
- Pengarahan Kepala Sekolah
- Penyusunan RPP

2). Sabtu, 5 Oktober 2010 pukul 12.30 sampai dengan pukul 14.00 WIB
di SDN ............... Pagi

Acara Kegiatan :
- Memberikan contoh penyusunan RPP
- Latihan penyusunan rencana pembelajaran.
- Control dan penyusunan rencana pembelajaran.

3). Rabu, 9 Oktober 2010 pukul 10.30 sampai dengan pukul 14.00 WIB di ................ Pagi

Acara Kegiatan:
Kerja Mandiri, menyusun RPP

c. Observasi
1). Kesiapan mental dan fisik Guru
2). Kesiapan bahan-bahan yang dibawa guru pada saat pembinaan
3). Kehadiran Guru
4). Hasil Sementara
- Proses pelaksanaan pembinaan
- Kualitas penyusunan rencana pembelajaran
- Respon guru

d. Refleksi
Indikator pencapaian

1). Pemanfaatan waktu terkait dengan penyusunan rencana pelaksanaan
pembelajaran.

2). Alokasi waktu untuk penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai
dengan indikator yang ditentukan dalam kompetensi
3). Materi kompetensi pengelolaan pembelajaran Guru yang berhasil dalam
penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan indikator
keberhasilan setelah di observasi dianggap berhasil.
Sedangkan yang belum berhasil dilanjutkan dalam siklus III dengan
memperhatikan kelemahan-kelemahan pada proses siklus II.





DOWNLOAD

Rincian absen cetak GOOOLLllllll

Jadwal Penggunaan SIAKAD Berdasarkan Angkatan

  1. Angkatan 2010 dari 08.01 s/d 10.00 atau 16.01 s/d 18.30

  2. Angkatan 2009 dari 10.01 s/d 12.00 atau 18.31 s/d 21.00

  3. Angkatan 2008 dari 12.01 s/d 14.00 atau 21.01 s/d 05.00

  4. Angkatan 2007 dan sebelumnya dari 14.31 s/d 16.00 atau 06.01 s/d 08.00

Jika HATI sejernih AIR, jangan biarkan IA keruh,
Jika HATI seputih AWAN, jangan biarkan dia mendung,
Jika HATI seindah BULAN, hiasi IA dengan IMAN.
Mohon Maaf lahir Dan batin

Sebelas bulan Kita kejar dunia,
Kita umbar napsu angkara.
Sebulan penuh Kita gelar puasa,
Kita bakar segala dosa.
Sebelas bulan Kita sebar dengki Dan prasangka,
Sebulan penuh Kita tebar kasih sayang sesama.
Dua belas bulan Kita berinteraksi penuh salah Dan khilaf,
Di Hari suci nan fitri ini, Kita cuci hati, Kita buka pintu maaf.
Selamat Idul Fitri, mohon maaf lahir Dan batin

Andai jemari tak sempat berjabat.
Jika raga tak bisa bersua.
Bila Ada kata membekas luka.
Semoga pintu maaf masih terbuka.
Selamat Idul Fitri

Faith makes all things possible.
Hope makes all things work.
Love makes all things beautiful.
May you have all of the three.
Happy Iedul Fitri.”

Walopun operator sibuk n’ sms pending terus,
Kami sekeluarga tetap kekeuh mengucapkan
Selamat Idul Fitri, mohon maaf lahir Dan batin

Bila kata merangkai dusta..
Bila langkah membekas lara…
Bila hati penuh prasangka…
Dan bila Ada langkah yang menoreh luka.
Mohon bukakan pintu maaf…
Selamat Idul Fitri Mohon Maaf Lahir Batin

Fitrah sejati adalah meng-Akbarkan Allah..
Dan Syariat-Nya di alam jiwa..
Di dunia nyata, dalam segala gerak..
Di sepanjang nafas Dan langkah..
Semoga seperti itulah diri Kita di Hari kemenangan ini..
Selamat Idul Fitri Mohon Maaf Lahir Batin

Waktu mengalir bagaikan air
Ramadhan suci akan berakhir
Tuk salah yg pernah Ada
Tuk khilaf yg sempat terucap
Pintu maaf selalu kuharap
Met Idul Fitri

Walaupun Hati gak sebening XL Dan secerah MENTARI.
Banyak khilaf yang buat FREN kecewa,
Kuminta SIMPATI-mu untuk BEBAS kan dari ROAMING dosa
Dan Kita semua hanya bisa mengangkat JEMPOL kepadaNya
Yang selalu membuat Kita HOKI dalam mencari kartu AS
Selama Kita hidup karena Kita harus FLEXIbel
Untuk menerima semua pemberianNYA Dan menjalani
MATRIX kehidupan ini…Dan semoga amal Kita tidak ESIA-ESIA…
Mohon Maaf Lahir Bathin.

Satukan tangan,satukan hati
Itulah indahnya silaturahmi
Di Hari kemenangan Kita padukan
Keikhlasan untuk saling memaafkan
Selamat Hari Raya Idul Fitri
Mohon Maaf Lahir Batin

MTV bilang kalo MO minta maap g ush nunggu lebaran
Org bijak blg kerennya kalo mnt maap duluan
Ust. Jefri blg org cakep mnt maap gk prl disuruh
Kyai blg org jujur Ga perlu malu utk minta maap
Jd krn Mrs anak nongkrong yg jujur, keren cakep Dan baek
Ya gw ngucapin minal aidzin wal faizin , mohon maaf lahir Dan batin …
Fitrah sejati adalah meng-Akbarkan Allah..
Dan Syariat-Nya di alam jiwa..
Di dunia nyata, dalam segala gerak..
Di sepanjang nafas dan langkah..
Semoga seperti itulah diri kita di hari kemenangan ini..
Selamat Idul Fitri Mohon Maaf Lahir Batin

kagem sedoyo kemawon………kulo namung sakdermo lare awon bade mungel… menawi lampah ingkang awon lan sifat mboten pitados wonten ing manah…soho tumindak glenyengan….dipun angapuro..ingkang ageng sanget……
mbok bilih Gusti Pangeran …sampun mitrahaken manungso..kedah mengaten…mugi wonten ing dinten riyoyo meniko sageto sami ngadahi sipat welas asih lan jembar manah…kangge sangu wonten ing akherat mbenjang…nuwun……”SUGENG RIYADI 1SYAWAL 1431? pareng


Ikan teri kesamber gledek
Idul fitri is comeback
Ada anak pelihara kate
maafin kita sekeluarga ye
Buah jambu disayur lodeh
Kalo gak mau, ee e ee capek deh

PENELITIAN TNDAKAN KELAS

Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian praktis yang dimaksudkan untuk memperbaiki pembelajaran di kelas. Penelitian ini merupakan salah satu upaya guru atau praktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas.
PENGERTIAN Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berkembang dari istilah penelitian tindakan (action research) (Sanjaya, hal. 24). Oleh karena itu, untuk memahami pengertian PTK perlu ditelusuri pengertian penelitian tindakan terlebih dahulu. Penelitian tindakan mulai berkembang di Amerika dan berbagai negara di Eropa, khususnya dikembangkan oleh mereka yang bergerak di bidang ilmu sosial dan humaniora (Basrowi & Suwandi, hal. 24-25).

TUJUAN PTK Tujuan PTK adalah memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran serta membantu memberdayakan guru dalam memecahkan masalah pembelajaran di sekolah (Muslich, hal. 10). Menurut Suyanto (1997), tujuan PTK adalah meningkatkan dan/atau memperbaiki praktik pembelajaran di sekolah, meningkatkan relevansi pendidikan, meningkatkan mutu pendidikan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan (Basrowi & Suwandi, hal. 54).


Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas

Karakteristik PTK adalah sebagai berikut:

Situasional artinya kegiatan PTK dipicu oleh permasalahan praktis yang dihayati dalam pelaksanaan tugas sehari-hari oleh guru sebagai pengelola program pembelajaran di kelas atau sebagai jajaran staf pengajar di kelas. PTK itu bersifat practice driven dan action driven dalam arti PTK bertujuan memperbaiki praktis secara langsung dalam pembelajaran sehingga dikatakan juga penelitian praktis (practice inquiry).
Kontekstual artinya upaya penyelesaian atau pemecahannya demi peningkatan mutu pendidikan, prestasi siswa, profesi guru dan mutu sekolah tidak terlepas dari konteksnya dengan merefleksi diri yaitu sebagai praktisi dalam pelaksanaan tugas-tugas kesehariannya sekaligus secara sistemik meneliti dirinya sendiri.
Bersifat kolaboratif dan parsitipatif antara guru, siswa dan individu lain yang terkait dalam proses pembelajaran yaitu suatu satuan kerja sama secara langsung. Kolaboratif diartikan sebagai kerja sama saling tukar menukar ide untuk melakukan aksi dalam rangka memecahkan masalah yang dihadapi.
Bersifat self-evaluatif (evaluatif dn reflektif) yaitu kegiatan memodifikasi praktis yang dilakukan secara kontinu, dievaluasi dalam situasi yang ada dan terus berjalan, dengan tujuan akhir dapat meningkakan perbaikan dalam praktik yang dilakukan guru.
Bersifat fleksibel dan adaptif (luwes dan mnyesuaikan) memungkinka adanya perubahan selama dalam percobaan. Adanya penyesuaian menjadikan prosedur yang cocok untuk berkerja di kelas yang dimiliki banyak kendala yang melatarbelakangi masalah-masalah di sekolah.
Sifat dan sasaran PTK adalah situasional-spesifik, tujuannya untuk pemecahan masalah praktis. Dengan demikian temuan-temuannya berguna dalam dimensi praktis tidak dapat digeneralisasikan sehinga tidak secara langsung memiliki andil pada usaha pengembangan ilmu. Kajian permasalahan, prosedur pengumpulan data dan pengolahannya dilakukan secermat mungkin dengan mendasarkan pada keteguhan ilmiah.


Prinsip-Prinsip Penelitian Tindakan Kelas

1. Pekerjaan utama guru adalah mengajar, maka pelaksanaan PTK tidak boleh menggangu atau menghambat kegiatan pemblajaran. Ada 3 catatan yang harus di perhatikan dalam prinsip pertama ini yaitu:

Dalam mencobakan sesuatu tindakan pembelajaran baru, selalu ada kemungkinan bahwa setidak-tidaknya ada pada awal-awalnya prestasi belajar siswa kurang sesuai dari yang dikehendaki, bahkan kurang dari yang diperoleh dengan cara lama, karena itu bagaimanapun, tidakan perbaikan itu masih dalam taraf dicobakan. Guru harus menggunakan pertimbangan serta tanggungjawab profesionalnya dalam menimbang-nimbang jalan keluar yang akan ditempuhnya dalam rangka memberikan yang terbaik bagi siswanya.
Interaksi dari siklus tindakan juga dilakukan dengan mempertimbangkan keterlaksanaan kurikulum secara keseluruhan, khususnya dari segi pembentukan pemahaman yang mendalam yang ditandai oleh kemampuan menerapkan pengetahuan yang dipelajari melalui analisis, sintesis, dan evaluasi informasi.
Penetapan siklus dalam PTK mengacu kepada penguasaan yang ditargetkan pada tahap perancangan, dan sama sekali tidak mengacu kepada kejenuhan informasi.
Metodologi yang digunakan harus reliabel artinya terencana dengan cermat sehingga tidakan dapat dirumuskan dalam suatu hipotesis tindakan yang dapat diuji dilapangan.
Permasalahan yang dipilih harus menarik, nyata, tidak menyulitkan, dapat dipecahkan, berada dalam jangkauan peneliti untuk melakukan perubahan dan peneliti merasa terpangil untuk meningkakan prestasi belajar siswa.
Metode pengumpulan data yang digunakan tidak terlalu menuntut baik dari kemampun guru itu sendiri ataupun dari segi waktu.
Dalam penyelenggaraan PTK, guru harus selalu bersikap konsisten menaruh kepedulian tinggi terhadap prosedur etika yang berkaitan dengan pekerjaannya. Artinya dalam melaksanakan PTK hafrus diketahui oleh pimpinan lembaga terkait, disosialisasikan kepada rekan-rekan dalam lembaga kancah, dilakukan sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah serta dilaporkan hasilnya sesuai dengan tata krama penyusunan karya tulis akademik.


Tujuan Penelitian Tindakan kelas

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan agar guru atau tenaga kependidikan dapat memperbaiki mutu kinerja atau meningkatkan proses pembelajaran secara berkesinambungan, yang pada dasarnya melekat pada terlaksananya misi profesional pendidikan yang diemban oleh guru. Dengan demikian PTK merupkan saklah satu cara yang strategis dalam memperbaiki kinerja guru dalam meningkatkan layanan pendidikan atau pembelajaran.
Penelitian indakan Kelas (PTK) untuk mengembangkan kemampuan/ketrampilan guru untuk menghadapi permasalahan yang nyata dalam proses pembelajaran di kelasnya dan di sekolahnya sendiri.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat digunakan sebagai alat untuk memasukkan novasi pembelajaran kedalam sistem yang ada karena sulit dilakukan oleh upaya pembeharuan yang dilakukan pada umumnya.


Manfat Penelitian Tindakan Kelas

Dengan tertumbuhnya budaya meneliti yang merupakan dampak bahwa dari pelaksanaan PTK yang bersinambungan, maka banyak manfaat yang dapat dipetik yang secara keseluruhan dapat diberi label inovasi pembelajaran karena para guru semakin diberdayakan untuk mengambil berbagai prakarsa profesional secara mandiri.

Di pihak lain, prakarsa untuk selalu mencoba hal-hal baru, itu terjadi karena guru pekerja sebagai profesiuonal, guru tidak mudah berpuas diri dengan rutinitas, melainkan selalu dipacu oleh dorongan untuk berbuat lebih baik.

Bentuk lain dari inovasi pembelajaran berkenaan dengan pengembangan kurikulum adalah PTK, hal ini dapat dilakukan oleh guru karena dapat dimanfaatkan secara efektif oleh guru untuk keperluan pengembangan kurikulum dalam arti luas. Dengan kata lain, sebagai pengajar guru juga harus bertanggung jawab terhadap pengembangan kurikulum pada tingkat kelas dan mungkin juga pada tingkat sekolah. Untuk pengembangan kurikulum pada tingkat kelas, PTK sangat memberika manfaat jika hasilnya digunakan sebagai salah satu sumber masukan.


Model-Model Penelitian Tindakan Kelas

Beberapa model atau desain Penelitian Tindakan Kelas adalah

1. Model Kurt Lewin

Model Kurt Lewin menjadi acuan dari berbagai model penelitian tindakan, karena Kurt Lewin yang pertama kali memperkenalkan penelitian tindakan (action research). Dengan demikian Penelitian Tindakan Kelas yang lain ada yang mengacu pada model Kurt Lewin.

Komponen pokok dalam penelitian tindakan model Kurt Lewin yaitu:

Perencanaan (planning)
Tindakan (acting)
Pengamatan (observing)
Refleksi (reflecting)

Hubungan keempat konsep pokok tersebut digmbarkan dalam diagram berikut:

Acting

(Tindakan)




Planning Observing

(Perencanaan) (Pengamatan)

Reflecting

(Refleksi)

2. Model Kemmis & Taggart

Konsep dasar yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin dan dikembangkan oleh Kemmis & Mc Taggart adalah komponen acting dan dengan obseving dijadikan menjadi suatu kesatuan karena menurut Kemmis & Mc.Taggart (1988) pada kenyataannya kedua komponen tersebut merupakan dua kegiatan yang tidak dapat dpisahkan karena kedua kegiatan harus dilakukan dalam satu kesatuan waktu. Begitu berlangsungnya suatu kegiatan dilakukan, kegiata observasi harus dilakukan sesegera mungkin. Bentuk model Penelitian Tindakan Kelas oleh Kemmis &Taggart seperti terdapat pada bentuk berikut:




Perencanaan




Refleksi SIKLUS I










Tindakan dan

Pengamatan




Perencanaan










Refleksi SIKLUS II










Tidakan dan

Pengamatan

Model Kemmis & Taggart bila dicermati pada hakekatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan suatu perangkat terdiri dari empat 4 komponen yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Untaian-untaia tersebut dipandang sebagai suatu siklus. Oleh karena itu siklus adalah putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Banyaknya siklus dalam penelitian tindakan kelas tergantung dari permasalahan yang perlu dipecahkan, namun gambaran di atas hanya menunjukkan dua siklus. Jika suatu penelitian mengkaitkan materi pelajaran dengan tujuan pembelajaran dengan sendirinya jumlah siklus untuk setiap mata pelajaran melibatkan lebih dari dua siklus.

3. Model Hopkins

Berdasarkan desain model-model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dari Kurt Lewin, Kemmis & Taggart, Hopkins menyusun desain atau model penelitian tindakan seperti skema berikut:

Implementasi Evaluasi




Perencanaan, Tindakan

Target, Tugas

Kriteria,

Keberhasilan




Menopang Komitmen




Cek Kemajuan




Mengatasi Problem

Perencanaan Cek Hasil

Konstruksi

Pengambilan Stok




Audit Pelaporan




Ambil Start

Dari beberapa model atau desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di atas dapat di ambil dan dicermati salah satu dari bentuk model (umumnya yang telah banyak dilakukan) adalah desain model Kemmis & Taggart.


PROSEDUR PELAKSANAAN

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. Merasakan Adanya Masalah

Pertanyaan yang mungkin timbul bagi peneliti semula adalah: ”Bagaimana memulai Penelitian Tindakan Kelas ?”. Untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut pertama-tama yang harus dilakukan guru adalah perasaan ketidakpuasan terhadap praktek pembelajaran yang dilakukannya selama ini. Manakala guru merasa puas dengan hasil yang diperoleh selama ini terhadap apa yang dilakukannya dalam proses pembelajaran di kelas, meskipun sebenarnya banyak hambatan yang dialami dalam pengelolaan proses pembelajaran, sulit kiranya seorang guru untuk memunculkan pertanyaan seperti di atas yang kemudian memicu untuk dimulainya sebuah penelitian tindakan kelas (Suyanto, 1997).

Oleh sebab itu agar guru dapat menerapkan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam upaya untuk memperbaiki atau meningkatkan layanan pembelajaran secara lebih profesional, ia dituntut keberaniannya untuk mengatakan sejujurnya khususnya kepada dirinya sendiri mengenai sisi-sisi lemah proses pembelajaran dalam rangka mengidentifikasi permasalahan.

Dengan kata lain, permasalahan yang diangkat dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) harus benar-benar merupakan masalah-masalah yng dihadapi oleh guru dalam praktek pembelajaran yang dikelolanya, bukan permasalahan yang dialami atau disarankan oleh orang lain.

Bidang kajian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dirasakan adanya masalah adalah:

Masalah belajar siswa di sekolah (termasuk dalam tema ini antara lain masalah belajar siswa di kelas, kesalahan-kesalahan pembelajaran miskonsepsi).
Desain dan strategi pembealajaran di kelas (termasuk dalam tema ini antara lain masalah pengelolaan dan prosedur pembelajaran, implementasi dan inovasi dalam metode pembelajaran, interaksi di dalam kelas, partisipasi orang tua dalam proses belajar siswa).
Alat bantu, media, dan sumber belajar (termasuk dalam tema ini adalah masalah penggunaan media, perpustakaan, dan sumber belajar baik di dalam maupun di luar kelas, peningkatan hubungan antara sekolah dan masyarakat).
Sistem asessmen dan evaluasi proses dan hasil pembelajaran (termasuk dalam tema ini adalah masalah evaluasi awal dan hasil pembelajaran, pengembangan instrumen asessmen berbasis kompetensi).
Pengembangan pribadi peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan lainnya (termasuk dalam tema ini adalah peningkatan kemandirian dan tanggungjawab peserta didik, peningkatan keefektifan hubungan antara pendidik, peserta didik dan orang tua dalam proses belajar mengajar, peningkatan konsep diri peserta didik).
Masalah kurikulum (termasuk tema ini adalah implementasi KBK, urutan penyajian materi pokok, interaksi guru – siswa, siswa – materi ajar, dan siswa – lingkungan belajar}.

B. Identifikasi Masalah

Menurut Hopkins (1993), untuk mendorong pikiran – pikiran dalam mengembangkn fokus Penelitian Tindakan Kelas kita bisa bertanya kepada diri sendiri, misalnya:

Saya berkeinginan memperbaiki ……………..
Berapa orangkah yang merasa tidak puas tentang ……..
Saya dibingungkan oleh …………….
Saya memilih untuk mengujicobakan metode yang baru, di kelas ……
Dan seterusnya.

Jika mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi permasalahan, maka guru dapat meminta bantuan pada rekan sesama guru, berdiskusi misalnya dengan dosen mitra LPTK dan sebagainya.

Sebenarnya setiap harinya tiada putus-putusnya guru banyak menghadapi masalah. Oleh karena itu bila guru kesulitan untuk mengidentifikasi masalah untuk Penelitian Tindakan Kelas sungguh ironis.

Beberapa saran yang dapat dilakukan dalam mengidentifikasi masalah:

Guru menuliskan semua kejadian yang memerlukan perhatian terutama berkaitan dengan pembelajaran, misalnya: penyampaian materi, daya tangkap siswa, intensitas waktu, sikap siswa, motivasi siswa dan lain-lain.
Semua kejadian yang ada seperti tersebut di atas dikelompokkan atau diidentifikasikan menurut jenis permasalahannya.
Urutkan dari klasifikasi ringan sampai yang berat dari jenis masing-masing klasifikasi.

C. Analisis Masalah

Menurut Abimanyu (1995) arahan yang perlu diperhatikan dalam pemilihan permasalahan untuk Penelitian Tindakan Kelas adalah sebagai berikut:

Topik yang melibatkan guru dalam serangkaian aktivitas yang memang diprogramkan oleh sekolah.
Jangan memilih masalah yang berada diluar kemampuan guru untuk mengatasinya.
Pilih dan tetapkan permasalahan yang skalanya cukup kecil dan terbatas.
Usahakan untuk bekerja secara kolaboratif dengan guru mata pelajaran yang sejenis dalam pengembangan fokus penelitian.
Kaitkan Penelitian Tindakan Kelas yang akan dilakukan dengan prioritas-prioritas yang ditetapkan dalam rencana pengembangan sekolah.

D. Perumusan Maalah

Setelah menetapkan fokus permasalahan serta menganalisanya menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, maka selanjutnya guru perlu merumuskan permasalahan secara jelas, spesifik dan operasional. Perumusan masalah yang jelas akan membuka peluang bagi guru untuk menenapkan tindakan perbaikan (alternatif solusi) yang perlu dilakukannya. Ingatlah bahwa tidak semua identifikasi masalah dapat diambil untuk dijadikan rumusan masalah, guru boleh memilih satu atau dua dari identifikasi masalah yang akan dijadikan fokus dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas.

Rumusan masalah sebaiknya menggunakan kalimat tanya, dengan mengajukan alternatif tindakan yang akan dilakukan dan hasil positif yang diantisipasi dengan mengajukan indikator keberhasilan (ketuntasan SKBM) yang telah ditetapkan oleh sekolah tempat melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas. Rumusan masalah harus dikaitkan dengan rumusan hipotesis tindakan, sehingga jawaban dari rumusan masalah dapat terjawab secara teoritis.

E. Merumuskan Hipotesis Tindakan

Langkah selanjutnya setelah merumuskan masalah adalah mengkaji teori-teori yang berkenaan dengan masalah yang diajukan. Hasil-hasil penelitian yang elevan akan memperkuat dalam merumuskan hipotesis tindakan. Perlu diketahui bahwa hipotesis tindakan bukanlah hipotesis hubngan sebab akibat antar variabel, perbedaan antar variabel, tetapi memuat tindakan-tindakan yang diusulkan untuk menghasilkan perbaikan dalam pendidikan.

Menurut Soedarsono (1997) beberapa hal yang perlu diperhtikan dalam merumuskan hipotesis tindakan adalah sebagai berikut:

Rumuskan alternatif tindakan perbaikan berdasarkan hasil kajian. Dengan kata lain alternatif tindakan perbaikan hendaknya mempunyai landasan yang mantap secara konseptual.
Setiap alternatif tindakan perbaikan yang dipertimbangkan perlu dikaji ulang dan dievaluasi dari segi relevansinya, dengan tujuan, kebaikan teknis serta keterlaksanaannya. Di samping itu perlu ditetapkan cara penilaiannya sehingga dapat memanipulasi pengumpulan serta analisa data secara cepat namun tepat selama program tindakan perbaikan diimplementasikan.
Pilih alternatif tindakan secara prosedur implementasi yang dinilai paling menjanjikan hasil optimal namun masih tetap ada dalam jangkauan kemampuan guru untuk melakukannya dalam kondisi dan situasi sekolah yang aktual.
Pikirkan dengan seksama perubahan-perubahan yang secara implisit dijanjikan melalui hipotesis tindakan itu, baik yang berupa proses dan hasil belajar siswa maupun teknik mengajar guru.

F. Analisa data

Analisa data adalah proses menyeleksi, menyederhanakan, memfokuskan, mengabstraksikan, mengorganisasikan data secara sistematis dan rasional untuk menampilkan bahan-bahan yang dapat digunakan untuk menyusun jawaban terhadap tujuan Penelitian Tindakan Kelas.

Analisa data dapat dilakukan melalui tiga tahap yaitu:

1. Reduksi data

Reduksi data adalah proses penyederhanaan yang dilakukan melalui seleksi, pemfokusan, dan pengabstraksikan data mentah menjadi informasi yang bermakna.

Paparan data

Paparan data adalah proses penampilan data secara lebih sederhana dalam bentuk paparan naratif, representasi tabulasi termasuk dalam bentuk format matriks, refresentasi grafis, dan sebagainya.

Penyimpulan

Penyimpulan adalah proses pengambilan intisari dari sajian data yang telah terorganisir tersebut dalam bentuk pernyataan kalimat dan/atau formulasi singkat dan padat tetapi mengandung pengertian luas.

G. Refleksi

Refleksi dalam Penelitian Tindakan Kelas adalah upaya untuk mengkaji apa yang telah dan/atau tidak terjadi, apa yang telah dihasilkan atau apa yang belum berhasil dituntaskan dengan tindakan perbaikan yang telah dilakukan. Hasil refleksi itu digunakan untuk menetapkan langkah-langkah lebih lanjut dalam upaya mencapai tujuan dalam Penelitian Tindakan Kelas. Dengan kata lain refleksi merupakan pengkajian terhadap keberhasilan atau kegagalan dalam mencapai tujuan sementara, dan untuk menentukan tindak lanjut dalam rangka mencapai tujuan akhir yang mungkin ditetapkan dalam rangka pencapaian berbagai tujuan sementara lainnya.


PENYUSUNAN PROPOSAL

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

A. Judul Penelitian

Judul Penelitian Tindakan Kelas (PTK) hendaknya singkat, jelas dan sederhana namun secara tersirat telah menampilkan sosok PTK, bukan sosok penelitian konvensional. Dengan kata lain judul hendaknya singkat dan spesifik tetapi cukup menggambarkan masalah yang akan diteliti dan tindakan untuk mengatasi masalahnya.

B. Bidang Kajian

Tuliskan bidang kajian penelitian (misalnya Matematika, Bhs. Inggris, PS dan sebagainya).

C. Pendahuluan

1. Latar Belakang Masalah

Dalam latar belakang masalah hendaknya diuraikan urgensi penanganan masalah yang diajukan itu melalui PTK. Penelitian dilakukan untuk memecahkan permasalahan pendidikan dan pembelajaran. Kemukakan secara jelas bahwa masalah yang akan diteliti merupakan sebuah masalah yang nyata terjadi disekolah dan diagnosis dilakukan oleh guru. Masalah yang akan diteliti adalah sebuah masalah yang penting dan mendesak untuk dipecahkan serta dapat dilaksanakan dilihat dari segi ketersediaan waktu, biaya dan daya dukung lainnya yang dapat memperlancar penelitian. Uraikan permasalahan yang ada hendaknya didahului oleh identifikasi masalah, dilanjutkan dengan analisis masalah yang dideskripsikan secara cermat akar penyebab dari masalah tersebut.

Secara garis besar latar belakang masalah berisi uraian:

fakta-fakta pendukung,
argumen-argumen teoritik tentang tindakan yang akan dipilih,
hasil penelitian terdahulu (jika ada) dan
alasan pentingnya penelitian ini dilaksanakan.

2. Perumusan Masalah

Rumuskan masalah penelitian dalam bentuk suatu rumusan Penelitian Tindakan Kelas, yang dipilih dari identifikasi masalah. Rumusan masalah dibuat dalam bentuk kalimat tanya, karena hal ini akan menjadi fokus pengamatan dalam penelitian dan dikaitkan dengan rumusan hipotesis tindakan.

3. Pemecahan masalah

Dalam bagian ini dikemukakan cara yang diajukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Alternatif pemecahan masalah yang diajukan hendaknya mempunyai landasan konseptual yang mantap yang bertolak dari hasil analisis masalah. Uraikan alternatif tindakan yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah. Pendekatan dan konsep yang digunakan untuk menjawab masalah yang diteliti hendaknya sesuai dengan kaedah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

4. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitrian Tindakan Kelas (PTK) hendaknya dirumuskan dengan singkat dan jelas. Perumusan tujuan harus konsisten dengan hakekat permasalahan yang dikemukakan pada rumusan masalah.

5. Manfaat Penelitian

Kemukakan manfaat atau sumbangan yang diperoleh dari hasil penelitian baik manfaat secara teoritis maupuin secara praktis yaitu baik yang menyangkut: siswa, guru pelaksana penelitian maupun guru pada umumnya, sekolah, pengembang kurikulum, Lembaga pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK).

D. Kajian Teoritis dan Perumusan Hipotesis Tindakan

Uraikan dengan jelas kajian teori yang menumbuhkan gagasan yang mendasari usulan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Kemukakan teori, temuan, dan hasil penelitian lain yang relevan dengan penelitian tindakan, sehingga mendukung penelitian yang akan dilakukan. Uraian ini digunakan unuk menyusun kerangka berfikir atau konsep yang akan digunakan dalam penelitian. Pada bagian akhir dikemukakan rumusan hipotesis tindakan yang merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang diajukan.

E. Metodologi Penelitian

1. Rancangan / Model Penelitian

Rancangan atau model penelitian tidakan dapat dipilih dari beberapa model penelitian tindakan yang telah dikemukakan di atas, pilih model sesuai dengan rencana dindakan. Jelaskan jumlah siklus yang akan digunkan.

2. Setting Penelitian

Pada bagian ini dijelaskan tentang lokasi penelitian, karakteristik subjek penelitian dan karakteristik mata pelajaran juga dijelaskan.

3. Rencana tindakan

Pada bagian ini digambarkan rencana tindakan untuk meningkatkan mutu pembelajaran, seperti:

Perencanaan, yaitu persiapan yang dilakukan sehubungan dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) seperti pembuatan skenario pembelajaran, pengadaan alat-alat dalam rangka implementasi PTK, instrumen, serta alat observasi lain yang terkait dengan pelaksanaan tindakan perbaikan yang telah ditetaaapkan sebelumnya.
Implementasi tindakan, yaitu diskripsi tindakan yang akan digelar, skenario kerja tindakan perbaikan, dan prosedur tindakan yang akan ditetapkan.
Observasi dan interpretasi, yaitu uraian tentang prosedur perekaman dan penafsiran data mengenai proses dan hasil produk dari implemntasi tindakan perbaikan yang dirancang.
Analisis dan refleksi, yaitu uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil pemantauan dan refleksi berkenaan dengan dampak tindakan perbaikan yang akan digelar, personel yang dilibatkan, serta kriteria dan rancangan bagi tindakan berikutnya (siklus selanjutnya).

F. Jadwal Penelitian

Berisi penjelasan kegiatan yang akan dilakukan, waktu, dimulainya pelaksanaan sampai pelaporan. Biasanya ditampilkan dalam bentuk matriks kegiatan.

G. Rencana Anggaran

Rencana anggaran biaya dan disusun secara cermat meliputi : tahapan persiapan, pelaksanaan penelitian dan pelaporan. Kegiatan dalam persiapan meliputi pertemuan antara anggota tim peneliti (tim kolaborasi) untuk menyusun dan menetapkan jadwal penelitian dan pembagia kerja, menyusun instrumen penelitian, menetapkan indikator ketercapaian (sesuai SKBM), menetapkan format analisa data, lembar observasai, dan analisis data.

Kegiatan pelaksanaan penelitian mencakup implementasi tindakan perbaikan, pelaksanaan tindakan perbaikan, observasi, dan refleksi. Kegiatan penulisan pelaporan meliputi penyusunan konsep laporan, perbaikan, penyusunan konsep laporan akhir, seminar hasil penelitian, dan sebagainya.

H. Daftar Pustaka

Menunjukkan pustaka yang betul-betul digunakan dalam penyusunan proposal dan disusun secara alfabetis.

I. Lampiran-Lampiran

Lampirkan hal-hal yang terkait dengan Penelitian Tindakan Kelas, yaitu:

Data hasil analisis
Lembar instrumen dan lembar observasi
Biodata peneliti/Curriculum Vitae
Daftar tabel jika diperlukan
Dan lain-lain.



SISTEMATIKA PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Sistematika pelaporan hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdiri dari 5 bab sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS TINDAKAN

Kerangka Teoritis
Hasil Penelitian yang Relevan
Kerangka Berfikir
Perumusan Hipotesis Tindakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Rancangan/Model Penelitian
Setting Penelitian
Rencana penelitian Tindakan
Metode Pengumpulan Data
Analisis Data
Jadwal Kegiatan
Anggaran/Biaya Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian
Deskripsi Hasil Observasi Tindakan
Deskripsi hasil Tindakan

B. Pembahasan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

SIMPULAN
SARAN

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu,S. 1996. Penelitian Praktis Untuk Perbaikan Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Dikti Proyek Pendidikan Guru SD

Akbar Ali, 2005. Meningkatkat Prestasi Belajar matematika Melalui Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Pada Siswa SMP Negeri 2 Suralaga. Selong: STKIP HAMZANWADI

Depdiknas, 1999. Penelitian Tindakan Kelas (PTK): Bahan Pelatihan Dosen LPTK dan Guu Sekolah Menengah. Jakarta: Dirjen Dikti

Depdiknas, 2004. Materi Pelatihan Terintegrasi mata Pelajaran Matematika Jilid 3. Jakarta: Balitbang

Depdiknas, 2004. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Balitbang

Depdiknas, 2005. Penelitian Peningkatan Pembelajaran Di LPTK. Jakarta: Dirjen Dikti Bagian PPKM

Hariyanto, 2001. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) : Baha Pelathan Dosen LPTK. Mataram: Unram

Hopkins, D. 1993. A Teacher,s Guide Top ClassroomResearch. Buchingham: Open University Press

Kemmis, Stephen & Mc. Taggart Robin, 1988. The Action Research Planner. Victoria: Deakim University

Soedarsono, 1997. Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Dirjen dikti BP3 GSD Yogyakarta

Suyanto, 1997. Pengenalan Penelitian Tindakan Kelas (Pedoman Pelaksanaan penelitian Tindakan Kelas). Yogyakarta: Dirjen Dikti BP3 GSD Yogyakarta

Pengikut